Skip to main content

Aceh, Acheh, Atjéh

Dear Aceh Netters Cerita Mata Uang Aceh yang ada di [BRITISH MUSEUM LONDON] Singkat ceritanya pada awal December 1998 hingga pertengahan February 1999 saya travel keliling 23 kota dan 14 negara didunia. Pada tgl 5 January 1999(pertengahan Ramazan) jam 9:30 pm saya berangakat dari JFK Airport New York dengan penerbangan United Airlines, tiba di London Heathrow Airport jam 6:30 pagi. Setelah tiba di hotel di kawasan Russell Square dan beristirahat. Sore hari mencari informasi tentang tourist attractions di London kemudian esok harinya saya mulai kunjung ketempat - tempat yang sudah saya rencanakan. Salah satunya saya memilih British Museum sebelum tour berikutnya ke Tower Bridge, London Parliament House dan Buckingham Palace.
Setelah hampir satu jam saya keliling melihat - lihat semua koleksi di dalam British Museum akhirnya saya tiba di bagian koleksi mata uang kuno seluruh dunia. First step, tentu saya mencari bagian koleksi untuk negara di Asia … kemudian saya mencari lagi dimana koleksi mata uang Indonesia… ternyata setelah kebingungan tidak ada mata uang Indonesia yang kuno yang di koleksi oleh British Museum ….!! Dan saya pun tidak bertanya sama staff dimana di letakan mata uang Indonesia, tetapi saya langsung minta bertemu dengan salah satu staff yang ahli mata uang kuno. Bagian receptionist minta saya menunggu hingan lima menit karna staff yang saya ingin bertemu lagi sibuk. Saat itu juga staff di reception menawarkan saya kalau ada yang bisa di bantu sebelum orang orang yang bersangkuta bisa saya temui…. Akhirnya saya bilang saja, saya lagi mencari dimana di pajangkan mata Uang Aceh reception langsung jawab…? Which country is that…? Spellingnya saya tulis di kertas salah satunya ejaan ini ACEH, ATJEH, dan ACHEH kemudian staff ini langsung bawa ke bagia koleksi Coin Asia (saya tidak tau persis apakah orang ini tau coin Aceh, atau dia menebak saya orang Asia). Lantas dia tunjukin Coin dari kerajaan Banten, Makassar, dan Maluccas yang di display di ruangan itu. Dua coin kerajaan Jawa (Banten) satu coin kerajaan Makassar dan satu coin Maluccas. Dan kami tidak menemukan Coin Aceh (Kerajaan Aceh) .. !!! setelah mencoba mencari seteliti mungkin karna coin - coin tersebut ukurannya agak kecil.. Saya tidak menemukan coin Aceh… tapi nampaknya staff ini mengetauinya ada koin Aceh di Museum ini (hanya tebakan saya ….dia juga bukan expert). Singkat cerita saya kembali ke reception bersama staff ini dan bertemu dengan dalangnya coin Asia namanya Mr Joe Cribb (Curator of South Asia Coins). saya perkenalkan diri serta minta tolong agar saya bisa melihat coin Aceh…. Jawab Mr Cribb… OO… all right why do you want to see coin of Aceh for… saya bilang saya orang Aceh dan saya di lahirkan di Aceh dan saya pernah membaca buku tentang negara dan kerajaan Aceh….!! Mr Cribb sempat geleng kepala (saya tidak tau kenapa dia geleng kepala)…akhirnya dia minta identitas saya. Saya keluarkan passport dan kartu pelajar International. Setelah passport di lihat dia minta saya menunggu sekitar 10 menit. Ketika saya lagi menuggu datang lagi staff satu orang membwakan saya satu formulir visitor untuk di isi dan diklearkan nama dan No Pasport, setelah itu Mr Cribb datang lagi dan mempersilakn saya masuk ke ruang kantornya . Saya masuk dan duduk di kursi behadapan beserta di atas meja sudah ada tiga kotak kira - kira ukuran 25x 10 cm agak tipis (ukuran kotak coin koleksi) yang masih tertutup rapat. Sebelum Mr Cribb mau membuka kotak coin dia langsung bilang sama saya karna tidak ada appointment jadi dia tidak bisa jelaskan dengan details tapi dia berikan saya waktu paling lama 30 menit (Alhamdulillah) untuk melihat dan penjelasan singkat. Kemudian Mr Cribb mebukakan kotak tersebut dan menjelaskan tentang coin Aceh yang ada di dalam kotak. · Ukuran coinnya (diameter) 10 - 13 mm dan tipis, bulatanya tidak begitu rata (sebesar uang Rp 25 rupiah Indonesia yang dulu). · Jumlahnya coin sekitar 75 Coins kurang lebih karna satu kotak sekitar 25 coins. Terbuat dari emas murni dan kedua sisi bertulisan huruf Arab dengan nama Sultan yang memerentah di Zaman itu. · Umurnya Coin tersebut yang paling tua, ada yang dari Tahun 1230 dan yang paling akhir kalau tidak salah saya 1912 atau 18…Sekian . Saya sudah agak lupa karna photo copy catatan cerita yang diberikan Mr Cribb sudah tinggal di Hotel waktu saya berada di Frankfurt (Germany). · Nama Sultan di coin itu yang saya masih ingat disebutkan. Muhammad…….., Sultan Zainal Abidin, Rihayat Syah, Iskandar Syah, dll. Mr Cribb sangat menguasai dengan nama - nama Sultan yang ada di coin itu dan Mr Cribb juga mempunyai banyak knowledge tentang Aceh waktu dia menceritakan tentang coin. Buku reference ada di tangnya dengan riwayat coin yang besangkutan. Buku itu berisi cerita berapa lama coin itu beredar di pasaran. Sebelum sultan yang memerentah berikunya mengeluarkan coin baru. Saya sempat bertanya sama Mr Cribb kenapa mata uang Aceh (coin Aceh) ini tidak di display di luar…?maksunya kenapa coin ini yang jumlahnya begitu banyak dan mempunyai nilai sejarah yang tinggi tidak di pamerkan di luar, sedangkan coin Jawa, Makassar dan ada di pajang di luar ini tidak fair…Mr Cribb menjawab: this is part of company policy katanya…. (peraturaturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah (government regulations) dalam Museum tersebut ). Dan dia meneruskan penjelasanya "peraturan itu sudah lama sekali katanya..mungkin waktu Margaret Thatcer Perdana Mentri atau sebelum itu katanya dan ini urusan pemerentah United Kingdom dengan Indonesia". Saya minta waktu ditambah lima menit dan sempat bertanya lagi bagaimana dia bisa dapat koleksi yang begitu banyak sedangkan kami orang Aceh tidak pernah melihatnya. Jawabnya ini sudah ada sebelum dia bekerja di Museum Mr Cribb hanya meneliti kembali acuracy ceritanya mata uang kuno tersebut dengan ke asliannya. Setelah waktu sudah mau habis saya meminta izin untuk saya mengambil photo Coin di tiga kotak itu kalau boleh. Sebelum kamera saya buka dia sudah tau duluan dan dia bilang tiadak bisa di photo.. dan saya tanya lagi kenapa tidak bisa di photo.. jawabnya lagi tidak di benarkan. Saya akhirnya diam saja. Saya minta sesuatu yang behubungan dengan informasi coin, diberikan saya photo copy buku tipis yang berbahasa belanda saya menolak karna tidak mengerti dan diberikan dalam bahasa inggris tapi tidak detil (summery). Malah tinggal di Frankfurt lagi. Pertanyaan saya yang lain pernahkah ada orang yang melihat coin ini selain saya dia juga tidak menjawab langsung dan hanya dia bilang very rare (jarang sekali). Jadi saya orang nomor beraba ….??di tidak menjawab well .. can't remember…..!?Waktu saya mau keluar saya lihat Mr Cribb menempatkan fromulir visitor saya di dalam folder coin. saya tadak bertanya lagi….. Cerita Tambahan Lain lagi dengan Rijks Museum di Amsterdam hampir semua Belanda Tua yang kerja di Museum ini tau kalau kita tanya dimana di pajangkan tentang sejarah Aceh dan bukunya. di sini tidak ada mata uang kuno adanya di ( Museum Laiden ) saya tidak ke Laiden. Di Rijks Museum Amsterdam ada buku sejarah Aceh yang Asli yang kira - kira 300 tahun yang lalu (kulit nya sudah berkarat (MEKERATAN)) tapi dalam bahasa Belanda. Saya sudah melihat nya sendiri dan tidak tau isinya. Kalau saudara- saudara bisa bahasa belanda kebetulan ke Amsterdam silakan ke Rijks Museum dan di bagian belakang Museum ada perpustakaan yang menyimpan buku sejarah yang tuanya sudah ratusan tahun. Juga pemerentah Belanda tidak mendisplay sejarah Aceh ketika mereka dalam kekalahan hanya yang ada di pamerkan ketika Belanda tembak ratusan orang Aceh di salah satu kawasan di pidie tahun 1909. Kesimpulan Cerita: Pemerentah Inggris dan Belanda menyembunyikan sejarah Aceh hingga sekarang karna ingin menampakkan kemenangannya yang tidak sah….Mari kita orang Aceh membangkitkan kembali kebesaran leluhur kita yang ratusan tahun mempertahankan tanah air Aceh demi masa depan ACEH. Sekarang sejarah Aceh bukan lagi di sembunyikan oleh pemerintah Indonesia tapi sudah lama sekali di masukkan kedalam peti besi oleh pemerintah Orde Baru. Mari sama-sama mebongkar peti besi ini dan edarkan semua sejarah berharga ini kepada adik-adik kita yang belum tau dan anak-anak kita yang hanya mengerti sejarah perjuangan ibu Kartini di Jawa. Email British Museum sbb: coins@british-museum.ac.uk Attention : Mr Joe Cribb (curator of South Asian Coins) Nb: InsyaAllah cepat lambatnya saya akan tulis surat hubungi British Museum minta Coins Aceh di Displays di tempat collection yang umum atau semua kita boleh menulis untuk meminta agar mata uang Aceh di display di luar. (menye hantem peget lagenyan jok bak set ke ureng po).

Comments

  1. kiban cara teuman tapikee keu nanggroe droeteuh ukeu njoe bansa aceh man manduem....

    ReplyDelete
  2. Tapike dan ta peubuet peu mantoeng nyang goet keu Acheh Meutuwah njoe

    ReplyDelete

Post a Comment

Please write you coment.

Popular posts from this blog

Negara Oman

Tak ada kesulitan sama sekali mengurus dokumen keimigrasian ke Oman terkesan sangat lancar dan mudah. Pekan terakhir Desember tahun lalu, saya dan delegasi dari Undip yang hendak melakukan negosiasi kerja sama akademik dan join-research dengan Sultan Qaboos University (SQU) di Muscat, Oman cukup berkomunikasi jarak jauh dengan pihak universitas. Hanya saling ber-email semuanya sudah beres. Oman termasuk negeri yang unik karena mempunyai dataran tinggi dan rendah dengan nuansa gurun plus pantai. Itu kombinasi landskap yang cantik. Kita bisa menikmati Taman Riyam di pinggir pantai bersama keluarga atau teman sambil menikmati kebab dan chicken tika, kopi Omani atau Mc Donald maupun Pizza. Ada tempat rekreasi pantai untuk publik di Marina Bandar Rowdha berdekatan dengan Marine Science and Fisheries Centre (Pusat Penelitian Perikanan Oman). Sebagai negeri gurun pasir, Oman dua musim, yaitu dingin dan panas.

Kisah Warga Pedalaman Keturunan Raja Ubiet

"Hanya Bisa Mengaji, Berobatpun dari Tanaman Hutan" Pagi menjelang siang di Pucuk Krueng Hitam atau Gunung Ijo. Kabut masih enggan beranjak, sehingga sinar matahari belum menembus ke permukaan tanah. Namun, geliat masyarakat pedalaman keturunan Raja Ubiet, telah beranjak menuju ladang yang merupakan satu-satunya mata pencaharian masyarakat setempat. Warga pedalaman keturunan Raja Ubiet pun terbiasa menikmati dan memanfaatkan hasil hutan, tetapi tidak merusak hutan, begitu kata mereka.Kesibukan pagi pun di mulai. Pihak laki-laki bekerja ke ladang, sementara sang perempuan disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga, meski sesekali ikut membantu sang suami.

SEJARAH PERNYATAAN PERANG ACEH DENGAN BELANDA

Jika dibuka kembali sejarah perjalanan konflik Aceh, dapat disebut bahwa tanggal 26 Maret 1873 merupakan akar munculnya persoalan Aceh, yang masih terasa imbasnya sampai sekarang. Kerajaan Belanda melalui Nieuwenhuyzen, Komisaris Gubernemen Belanda mengeluarkan maklumat dan pernyataan perang terhadap kerajaan Aceh tepat tanggal 26 Maret 1873 di atas sebuah kapal perang Citadel van Antwerpen bersamaan dengan pendaratan perdana serdadu Belanda di sekitar Ulee Lhe, Banda Aceh. Pernyataan perang ini dikeluarkan karena kerajaan Aceh tidak mau tunduk di bawah dominasi Belanda, tidak mau melepaskan kewenangannya mengontrol selat malaka. Belanda bahkan menuding pejuang Aceh telah melakukan perompakan di selat Malaka tersebut, dan melakukan sabotase atas kapal-kapal dagang Belanda. Tak hanya itu, tindakan kerajaan Aceh membangun hubungan diplomatic dengan Kerajaan Turki serta dengan beberapa Negara lainnya seperti Perancis, Italia dan Amerika membuat kerajaan Belanda sangat marah dan mendorong