Skip to main content

MAU`IZAH HASANAH DARI NEGRI BERTUAH


Oleh : Muhammad Uzny Bin Nasir AR.

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Surat Al-'A`rāf. 96”
Allah dengan jelas menerangkan bahwa sesiapa ahli sebuah Negri yang mau beriman dan bertaqwa pasti mereka mendapat kehidupan yang layak dalam hidup dan kehidupannya, dengan cara Allah menurukan keberkahan dari langit, dan juga keberkatan apa yang ada di bumi. Juga dengan terang Allah pun memberi tau akibat dan resiko bila isi sebuah Negri tidak beriman dan bertakwa kepadaNya. Dalam Al-Qur`an Allah telah memberi gambaran tentang Negeri Saba`, tentang kemakmuran dan keterpurukannya.
Disini Penulis ingin mata kita tertuju pada sebuah Negri Islam yang tak kalah hebatnya dalam segala aspek terkusus dalam hal Agama, Ekonomi, Pendidikan dan Kesehatan. Negri yang secara geografis terletak di 4˚53`25U 114˚56`32`T ini berada di utara pulau Borneo/Kalimantan, dalam persatuan negara sedunia negri ini dikenal dengan nama Negara Brunei Darussalam.
Menakjubkan! Begitu kata terucap jika kita melihat masjid yang kubahnya terbuat dari emas 24 karat itu, dibangun sangat indah seakan-akan terapung diatas air dalam bulatan danau lebih kurang dua hectare, masjid yang siap dibina pada tahun 1958 ini merupakan induk dari semua masjid di Negara Brunei Darussalam, Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien yang namanya diambil sebagai sempena pada Sultan Brunei yang ke 28 itu juga merupakan icon kebanggaan Negara Islam ini dan menjadi lambang kebesaran Islam.
Selama penulis berada disana, ada beberapa hal yang dapat penulis gambarkan dalam bentuk tulisan, mungkin dapat menjadi mauizah dan iktibar tentang betapa sempurna nya aturan Islam dan betapa agung nya setiap nilai keislaman bila ia dapat kita aplikasikan dengan benar dalam kehidupan bernegara dan bermasyarat.
Agama
Disini, Agama merupakan kualiti control yang sangat kuat dari kerajaan, dimana bahan bacaan, materi dakwah, dan segala hal yang menyangkut keagamaan harus di sensor penuh oleh lembaga Pusat Dakwah Brunei, lembaga ini di bentuk dan diberi wewenang penuh oleh kerajaan. selain bertugas sebagai pengawalan akidah, juga berfungsi sebagai pengkonsep materi khutbah jum`at, untuk dibacakan keseluruh masjid di Negara ini, dengan keseragaman itu, tidak pernah kita mendengar disini ada selisih faham dalam hal ajaran agama, baik khilafiah atau lain sebagainya, karna selain agama Islam yang bukan berpegang pada mazhab syafie tidak mendapat tempat disini, dengan itu, aliran aneh, atau aliran yang sesat, apalagi misi pemurtadan, sungguh tidak bisa menampakkan hidungnya disini, disamping karna seriusnya kerajaan dalam mengawasi Akidah rakyatnya, juga karena sosialisasi kepada semua lapisan masyarakat yang dikatagorikan sangat cukup, salah satu caranya melalui mimbar jum`at, dimana materi yang disampaikan oleh khatib dalam khutbah Jum`at disamakan diseluruh masjid, hal ini membawa efek yang sangat baik, karna jama`ah jum`at di seluruh Negara mendengar isi khutbah yang sama setiap masjid, mimbar Jum`at sangat berfungsi untuk dunia dan akhirat di negara ini. Hal ini tidak mustahil andai saja Pemerintah Aceh lewat Dinas Syariat lslamnya, mengaplikasikan konsep ini, dengan cara materi khutbah jum`at diracang kusus oleh Pemerintah (pihak terkait) untuk disampaikan keseluruh Aceh, dan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh diberiwewenang kusus sebagai masjid induk dan pedoman bagi seluruh masjid di Aceh. Penulis yakin rakyat Aceh akan terhindar oleh paham-paham yang akhirnya di klaim sesat oleh ulama, bahkan mungkin akan lebih memiliki rasa keacehannya, karena setiap jum`at selalu ada khabar sah dari pemimpinnya, baik dalam hal duniawi lebih lagi dalam hal uhkrawi, hal ini pun sebagai tanggung jawab pemerintah dalam usaha antisipasi agar rakyat yang dipimpinnya dapat terpenuhi dari segala bentuk ketidaktahuan pada perkara penting yang memang rakyat harus tau, utama sekali dalam hal Akidah. Dan rakyat tidak lagi dibingungkan dalam perkara khilafiah bila setiap pelosok Aceh mendapat sosialisasi yang tergolong memadai itu. Juga tercapai segala macam rupa informasi sah dari Pemimpinnya. Inilah salah satu jalan penyampaian amanah yang telah ditawarkan oleh Islam, Betapa pentingnya mimbar juma`at dan betapa agungnya syari`at Islam yang setiap minggunya diwajibkan berkumpul hanya orang laki-laki saja dan (mungkin) sebagai momentum evaluasi mingguan bagi laki-laki, karna pria adalah kepala/calon pimpin yang bertanggungjawab dalam rumah tangga, hanya pemimpin sebuah negri yang bijak yang dapat memamfaatkan momen jum`atan itu.
Negara yang mempunyai lagu kebangsaan “Allah Peliharakan Sultan” ini, punya konsep Negara Zikir, dimana zikir sangat di dianjurkan kepada rakyatnya, zikir membesarkan Dzat Ilah yang La Ma`bud Bil Haq Siwahu, setiap malam jum`at sultan dan perangkatnya ikut menghadiri majelis dan berzikir bersama rakyatnya, ternyata pemimpin mereka arif dalam memulai menanamkan nilai Islam kepada rakyatnya, ini terbukti dengan cara melunakkan hati sehingga rakyat pun mau memulazamahkan hatinya dengan mengingat Allah, mereka sudah pasti bisa menjaga diri dari hal-hal yang dilarang Agama. Kuncinya adalah hati. Dalam hal ini penulis berkesimpulan, jagalah hati rakyat bila ingin rakyat mau menjaga hati pemimpinnya.
Selama penulis menetap di Brunei, tidak pernah mendengar kata “Islam Kaffah”, sebagai semboyan murahan tanpa makna, atau melihat Wilayatul Hisbah ( Polisi Syari`at) berdiri dipinggir jalan yang siap ber urusan dengan wanita pelanggar busana, namun keseharian mereka penuh dengan nilai-nilai Islami, dan terkawal dari moral-moral islami, rupanya bila moralnya sudah lurus, bila kita suruh pakai pakaian yang tidak menutupi aurat pun, mereka pasti enggan, minimal karna alasan malu. kalau ingin membunuh tikus janganlah membakar rumah, kalau ingin melarang pakaian yang tidak islami kenapa tidak diperbatasan Aceh saja disortir tentang apa saja yang boleh masuk ke Aceh, selama ini kesannya bagai menampakkan mainanan pada anak dibawah umur, padahal tidak mampu untuk membeli, wajar anak menangis dan sakit hati. Satu sisi pakaian ketat bebas untuk di perdagangkan, disisi lain siapa yang pakai pakaian ketat di intrograsi oleh WH, disisi lain lagi, menjamurnya planplet “kawasan wajib berbusana islami” apa ada kawasan di Aceh yang boleh berpakaian kafiri? permainan apakah ini? penulis khawatir, bila hukuman islam saja yang ditonjolkan tanpa menampakkan keindahan dari setiap anjuran islam, rakyat pasti tersinggung, tersinggung karna yang mereka terima dari pemimpinnya bukan keindahan dari setiap ajaran islam yang maha sempurna itu, padahal islam datang ke bumi adalah rahmatan lilalamin, Rahmatan itu yang dibutuhkan oleh rakyat.
Penulis teringat titah Yang Mulia Sultan Brunei pada Hari Maulidurrasul tahun 2011. “Apakah factor yang membawa Rasullullah berjaya membentuk masyarakat dan Negara yang sempurna? Jawabnya karna Baginda Rasul terlebih dahulu mengambil kira pembinaan insan, sebelum lagi soal-soal kenegaraan. Rasulullah lebih dulu menanam iman , mengilap jiwa dengan tauhid dan menghiasi hati dengan sifat-sifat terpuji,sebelum lagi yang lain-lain itu ”. Dan nampaknya pemimpin mereka telah pun berhasil mempraktekkan konsep bernegara ala Rasullullah.
Kalau memang Pemerintah Aceh benar-benar ingin membumikan Syariat Islam dengan landasan punya hak kusus dalam mengatur daerahnya, sungguh menanamkan nilai Islam ke generasi sekolah di seluruh Aceh adalah satu perkara yang perlu diwujudkan. Islam sangat begitu lengkap mengatur umatnya, baik dalam bernegara sampai ke dalam rumah tangga, islam tidak hanya ber urusan pada sebatas busana, dan sehelai kain untuk menutup aurat, tapi jauh dari sisi positif yang mungkin tidak sempat kita terpikirkan, Islam lewat media Al-Qur`an telah menjawab dan memberi solusi segala problema hidup penganutnya. Dan Negara Brunei telah pun membuktikannya, mereka maju, mereka makmur, mereka aman damai dalam lindungan Islam.
Disamping tanggungjawab Pemerintah dalam hal memberdayakan ekonomi rakyat yang di pimpinnya, dalam hal urusan keagamaan pun sesuatu yang tidak dapat di nomorduakan. Intinya pembangunan ekonomi dan kemajuan Agama harus berjalan seiring. Kita sebagai muslim yang punya tanggung jawab dunia dan akhirat, dua perkara ini benar-benar harus punya prioritas masing-masing dalam membangun, bila pun kita mempokuskan kemajuan ekonomi tanpa menghirau kemajuan agama, hal ini dapat menjadi ketimpangan di kemudiaan hari, begitu juga jika kita mengutamakan keagamaan tanpa memperdulikan ekonomi, hal ini pun saya rasa kecil kemungkinan, tuntutan zaman meminta kita untuk stabil dalam hal perekonomian.
Ekonomi, pendidikan, kesehatan.
Sebuah bangsa yang maju, pemimpin mereka tentu tak luput memperhatikan bidang ekonomi, pendidikan serta kesehatan untuk rakyatnya. Dalam bidang ekonomi, Negara ini mendapat prestasi gemilang dari sekian banyak Negara di dunia, kurs mata uang Brunei setara dengan negara Singapura, ini dibuktikan mata uang Singapura dapat berlaku di negara Brunei, sebagai symbol kerja sama , pada ulang tahun ke 20 ikatan ekonomi kedua negara itu, mereka sepakat mencetak uang kertas yang nominal 20 Dolllar yang bergambar bangunan kebanggaan kedua buah negara. Rupanya ekonomi yang diajarkan oleh islam tidak ketinggalan zaman, sebagai bukti, Sultan Negara Islam Brunei Darussalam ini sanggup bersaing dan bersanding dengan negara-negara maju semisal Singapura atau bahkan Se-Asia. Jauh tertinggal bila kita bandingkan dengan Indonesia.
Negara penghasil minyak dan gas ini pun dengan tulus mensubsidi kebutuhan rakyatnya, tak hanya dalam kebutuhan primer, kebutuhan skunder pun mendapat subsidi yang lumayan banyak dari Kerajaan Islam ini. Sehingga kemakmuran, kerukunan, nampak dalam raut wajah kehidupan rakyatnya, sangat berbangga dan bersyukur karena Allah memberi Sultan yang adil untuk mereka, sebagai rasa terimakasih, setiap shalat lima waktu mereka selalu mendoakan kepada pemimipinnya. Semoga di Aceh Allah memberikan pemimpin seperti ini.
Dalam hal pendidikan, Brunei sanggup memberi rakyat nya pendidikan secara gratis, artinya segala biaya pendidikan ditanggung oleh kerajaan, mahu menutut ilmu keluar negri atau di dalam negri rakyat Brunei cuma mempersiapkan intektual mereka saja, sedangkan financial/material sampai uang saku disana pun kerajaan mampu menanggungnya. Yang lebih spesifik lagi, sebelum mereka melangkah keluar negri untuk menuntu ilmu, mereka harus membuat perjanjian, perjanjian dimana setelah mendapat ilmu disana diwajibkan pulang lagi ke negara untuk ditugaskan kesetiap instansi yang sesuai dengan ilmu yang di perolehnya. Kesannya benar-benar mencetak kader penerus bangsa.
Dibidang kesehatan, lagi-lagi rakyat Brunei mendapat fasilitas dan pelayanan medis yang lumayan bagus secara bebas biaya. Jika pun penyakit mereka tak sanggup di obati di hospital dalam negri mereka, kerajaan pun tidak ada keberatan mengeluarkan biaya untuk mengirim pesakit ke negara lain untuk mengusahakan kesembuhan. Disini kesehatan merupakan prioritas yang di utamakan, kerajaan selalu memberi arahan tentang kesehatan rakyatnya, merokok adalah sesuatu yang sangat ditegah di negara ini, di kedai-kedai, kakilima, atau semacam warung kopi tidak kita dapati orang merokok. Alhamdulillah kerajaan Brunei sanggup memberi kesehatan gratis dan mampu pula mencegah rakyatnya dari sumber-sumber penyakit. Di Aceh pun kita mengenal ada Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) pogram dalam JKA hanya berobat gratis, semoga kedepan ada program” Mencegah Rakyat Sakit” dengan cara melarang merokok,mengontrol setiap makanan yang menjadi konsumsi rakyat, memberi arahan yang menunjang untuk rakyat hidup sehat.
Brunei telah berhasil membangun perkara inti dalam bernegara, Aceh pun Insyaaallah. Kita sama-sama punya Darusssalam dengan Brunei, kita diberi Allah SDA yang melebihi dari Brunei, juga kita satu Akidah dan mazhab dengan mereka, bahkan bumi dan Insan melebihi kita dari Brunei, dengan itu tidak ada argument untuk tidak melirik keberhasilan bagaimana cara negara kecil ini membangun. Tersisalah sebuah harapan kepada pemeritahan Aceh yang baru, untuk sama-sama membawa masyarakat menuju bahagia di dunia dan selamat di akhirat. Wallahua`lam.(***)
Wassalam : Muhammad Uzny Bin Nasir Ar. Masyarakat Aceh di Brunei Darussalam

Comments

Popular posts from this blog

Negara Oman

Tak ada kesulitan sama sekali mengurus dokumen keimigrasian ke Oman terkesan sangat lancar dan mudah. Pekan terakhir Desember tahun lalu, saya dan delegasi dari Undip yang hendak melakukan negosiasi kerja sama akademik dan join-research dengan Sultan Qaboos University (SQU) di Muscat, Oman cukup berkomunikasi jarak jauh dengan pihak universitas. Hanya saling ber-email semuanya sudah beres. Oman termasuk negeri yang unik karena mempunyai dataran tinggi dan rendah dengan nuansa gurun plus pantai. Itu kombinasi landskap yang cantik. Kita bisa menikmati Taman Riyam di pinggir pantai bersama keluarga atau teman sambil menikmati kebab dan chicken tika, kopi Omani atau Mc Donald maupun Pizza. Ada tempat rekreasi pantai untuk publik di Marina Bandar Rowdha berdekatan dengan Marine Science and Fisheries Centre (Pusat Penelitian Perikanan Oman). Sebagai negeri gurun pasir, Oman dua musim, yaitu dingin dan panas.

Kisah Warga Pedalaman Keturunan Raja Ubiet

"Hanya Bisa Mengaji, Berobatpun dari Tanaman Hutan" Pagi menjelang siang di Pucuk Krueng Hitam atau Gunung Ijo. Kabut masih enggan beranjak, sehingga sinar matahari belum menembus ke permukaan tanah. Namun, geliat masyarakat pedalaman keturunan Raja Ubiet, telah beranjak menuju ladang yang merupakan satu-satunya mata pencaharian masyarakat setempat. Warga pedalaman keturunan Raja Ubiet pun terbiasa menikmati dan memanfaatkan hasil hutan, tetapi tidak merusak hutan, begitu kata mereka.Kesibukan pagi pun di mulai. Pihak laki-laki bekerja ke ladang, sementara sang perempuan disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga, meski sesekali ikut membantu sang suami.

SEJARAH PERNYATAAN PERANG ACEH DENGAN BELANDA

Jika dibuka kembali sejarah perjalanan konflik Aceh, dapat disebut bahwa tanggal 26 Maret 1873 merupakan akar munculnya persoalan Aceh, yang masih terasa imbasnya sampai sekarang. Kerajaan Belanda melalui Nieuwenhuyzen, Komisaris Gubernemen Belanda mengeluarkan maklumat dan pernyataan perang terhadap kerajaan Aceh tepat tanggal 26 Maret 1873 di atas sebuah kapal perang Citadel van Antwerpen bersamaan dengan pendaratan perdana serdadu Belanda di sekitar Ulee Lhe, Banda Aceh. Pernyataan perang ini dikeluarkan karena kerajaan Aceh tidak mau tunduk di bawah dominasi Belanda, tidak mau melepaskan kewenangannya mengontrol selat malaka. Belanda bahkan menuding pejuang Aceh telah melakukan perompakan di selat Malaka tersebut, dan melakukan sabotase atas kapal-kapal dagang Belanda. Tak hanya itu, tindakan kerajaan Aceh membangun hubungan diplomatic dengan Kerajaan Turki serta dengan beberapa Negara lainnya seperti Perancis, Italia dan Amerika membuat kerajaan Belanda sangat marah dan mendorong