Siapa Itu Wahabi Sebenarnya?
Menanggapi banyaknya permintaan pembaca
tentang sejarah berdirinya Wahabi maka kami
berusaha memenuhi permintaan itu sesuai
dengan asal usul dan sejarah perkembangannya
semaksimal mungkin berdasarkan berbagai
sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat
dipertanggung-jawabkan, diantaranya,
- Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini
Dahlan,
- I’tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr.
Hempher,
- Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam
karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain.
Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama
pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir
di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia
adalah seorang pedagang yang sering berpindah
dari satu negara ke negara lain dan diantara
negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad,
Iran, India dan Syam.
Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia
terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris
bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai
mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah
dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan
ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil
mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di
tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i.
Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga
termasuk dalam target program kerja kaum
kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di
lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali,
bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah
seorang sunni yang baik, begitu pula guru-
gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-
gurunya mempunyai firasat yang kurang baik
tentang dia bahwa dia akan sesat dan
menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka
menyuruh orang-orang untuk berhati-hati
terhadapnya.
Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar.
Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang
dan memberi peringatan khusus padanya.
Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul
Wahab, ulama besar dari madzhab Hanbali,
menulis buku bantahan kepadanya dengan judul
As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah.
Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di
Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-
Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat:
‘Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu
karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan
kaum muslimin, jika kau dengar seseorang
meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa
memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka
ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya
bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat
maupun madharrat, kalau dia menentang
bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin
kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham
(kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin,
karena engkau menjauh dari kelompok terbesar,
orang yang menjauh dari kelompok terbesar
lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak
mengikuti jalan muslimin?.
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus
Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar.
Allah berfirman : ‘Dan barang siapa yang
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu
(Allah biarkan mereka bergelimang dalam
kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam
jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali (QS: An-Nisa 115)
Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh
Muhammad bin Abdul Wahab, adalah
mengkufurkan kaum muslim sunni yang
mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid
nabi, dan lain-lain.
Berbagai dalil akurat yang disampaikan
ahlussunnah wal jama’ah berkaitan dengan
tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa
alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu,
justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin
sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-
gurunya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada
Muhammad bin Abdul Wahab,
‘Berapa banyak Allah membebaskan orang dari
neraka pada bulan Ramadhan??
Dengan segera dia menjawab, Setiap malam
Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir
malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak
hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal
sampai akhir Ramadhan?
Lelaki itu bertanya lagi ?Kalau begitu pengikutmu
tidak mencapai satu persen pun dari jumlah
tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang
dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah
sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi
bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim.?
Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun
terdiam seribu bahasa.
Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul
Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan
guru-gurunya itu.
Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia
terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah
Najed. Orang-orang yang pengetahuan
agamanya minim Banyak yang terpengaruh.
Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa
Dar’iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun
1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang
dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia
mendukung secara penuh dan memanfaatkannya
untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah
Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh
untuk membunuh atau merampas harta
seseorang dia segera melaksanakannya dengan
keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan
syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh
orang musyrik dijamin surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab
sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi
palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad
Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia
punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali
ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya
dengan julukan Al-Anshar, sedangkan
pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin.
Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia
harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya
kemudian harus mengakui bahwa sebelum
masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu
pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan
mengakui bahwa para ulama besar sebelumnya
telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut
dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia
pun langsung dibunuh.
Muhammad bin Abdul Wahab juga sering
merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian
akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya
melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai
seorang pengikutnya berkata :Tongkatku ini
masih lebih baik dari Muhammad, karena
tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh
ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak
tersisa manfaatnya sama sekali.
Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan
pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan
umatnya. Pengikutnya semakin banyak dan
wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya
bekerja sama untuk memberantas tradisi yang
dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab,
seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid
dan sebagainya.
Tak mengherankan bila para pengikut
Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang
makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802,
mereka menyerang Karbala-Irak, tempat
dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW,
Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam
tersebut dianggap tempat munkar yang
berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun
kemudian, mereka menyerang Madinah,
menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan,
menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi
Muhammad.
Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut.
Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan
merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang
terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan
puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat
kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina
Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah
Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin
Abbas.
Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan
tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-
sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan gendang.
Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan
sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin
tersebut.
Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan
Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-
Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang
bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan
Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada
1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali.
Gerakan Wahabi surut.
Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud
bangkit kembali mengusung paham Wahabi.
Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu
ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan
kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam
Perang Dunia I.
Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi
mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi.
Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat
global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS
setiap tahun untuk menyebarkan ideologi
Wahabi.
Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah
tenang, penuh dengan pergolakan pemikiran,
sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau
pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi’i
yang sudah mapan.
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah
meruntuhkan kubah-kubah di atas makam
sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma’la
(Mekkah), di Baqi dan Uhud (Madinah) semuanya
diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan
mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga
kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di
Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan
menggunakan dinamit dan dijadikan tempat
parkir onta, namun karena gencarnya desakan
kaum Muslimin International maka dibangun
perpustakaan.
Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah
menghargai peninggalan sejarah dan
menghormati nilai-nilai luhur Islam. Semula AI-
Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi
Muhammad SAW dimakamkan juga akan
dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi
karena ancaman International maka orang-orang
biadab itu menjadi takut dan mengurungkan
niatnya.
Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi
manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom
Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang
menentangnya maka diurungkan.
Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah
akhir-akhir ini tidak mempedulikan situs-situs
sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang
menjadi saksi sejarah Rasulullah SAW dan
sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena
khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan
sekarang, tempat kelahiran Nabi SAW terancam
akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir.
Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih
dulu digusur. Padahal, disitulah Rasulullah
berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu
juga putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah
meninggal.
Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan
wahabisme paling punya andil dalam
pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang
situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada
pemujaan berhala baru.
Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, pakar
arsitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan
bahwa beberapa bangunan dari era Islam kuno
terancam musnah. Pada lokasi bangunan
berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan
menuju menara tinggi yang menjadi tujuan
ziarah jamaah haji dan umrah.
Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir
sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya akan
segera diratakan untuk dibangun tempat parkir,
katanya kepada Reuters. Angawi menyebut
setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah
dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun
terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan
bersejarah Islam telah punah semenjak Arab
Saudi berdiri pada 1932.
Hal tersebut berhubungan dengan maklumat
yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior
Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat
tersebut tertulis, Pelestarian bangunan bangunan
bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim
pada penyembahan berhala.
Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi
memang sangat menyedihkan. Mereka banyak
menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam
sejak masa Ar-Rasul SAW. Semua jejak jerih
payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala
Wahabi.
Sebaliknya mereka malah mendatangkan para
arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia
dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali
peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik
yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya
dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan
bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra
Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar
biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan
pelenyapan bukti sejarah yang akan
menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.
Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah
yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan
kebencian permusuhan dan didukung oleh
keuangan yang cukup besar. Mereka gemar
menuduh golongan Islam yang tak sejalan
dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan
ahli bid’ah. Itulah ucapan yang selalu
didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak
pernah mengakui jasa para ulama Islam
manapun kecuali kelompok mereka sendiri.
Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan
kebencian mendalam kepada para Wali Songo
yang menyebarkan dan meng-Islam-kan
penduduk negeri ini.
Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih
kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha,
padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 %
penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi
itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya?
Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang
kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau
menambah 10 % sisanya.
Justru mereka dengan mudahnya mengkafirkan
orang-orang yang dengan nyata bertauhid
kepada Allah SWT.
Jika bukan karena Rahmat Allah yang
mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah
ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi
corong kaum wahabi itu masih berada dalam
kepercayaan animisme, penyembah berhala atau
masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).
Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka
mengaku-aku sebagai faham yang hanya
berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf
apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat
dan sebagainya, itu semua omong kosong
belaka.
Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam
sejarah dengan membantai ribuan orang di
Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah
Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi).
Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai
waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan
alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka
bantai di hadapan ibunya.
Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805.
Semua itu mereka lakukan dengan dalih
memberantas bid’ah, padahal bukankah nama
Saudi sendiri adalah suatu nama bid’ah? Karena
nama negeri Rasulullah SAW diganti dengan
nama satu keluarga kerajaan pendukung faham
wahabi yaitu As-Sa’ud.
Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan
datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa
hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW
dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi.
Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih,
sebagaimana terdapat dalam kitab shahih
BUKHARI & MUSLIM dan lainnya.
Diantaranya: Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah
itu datangnya dari arah sana,? sambil menunjuk
ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul
Fitan)
Akan keluar dari arah timur segolongan manusia
yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai
melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke
hati), mereka keluar dari agama seperti anak
panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan
bisa kembali seperti anak panah yang tak akan
kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah
bercukur (Gundul).? (HR Bukho-ri no 7123, Juz 6
hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh
Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban
Nabi SAW pernah berdo’a: Ya Allah, berikan kami
berkah dalam negara Syam dan Yaman,? Para
sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah,
beliau berdo’a: Ya Allah, berikan kami berkah
dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang
ketiga kalinya beliau SAW bersabda: Di sana
(Najed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana
pula akan muncul tanduk syaitan, Dalam riwayat
lain dua tanduk syaitan.
Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa
tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul).
Dan ini adalah merupakan nash yang jelas
ditujukan kepada para penganut Muhammad bin
Abdul Wahab, karena dia telah memerintahkan
setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya
hingga mereka yang mengikuti tidak
diperbolehkan berpaling dari majlisnya sebelum
bercukur gundul. Hal seperti ini tidak pernah
terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya.
Seperti yang telah dikatakan oleh Sayyid
Abdurrahman Al-Ahdal: Tidak perlu kita menulis
buku untuk menolak Muhammad bin Abdul
Wahab, karena sudah cukup ditolak oleh hadits-
hadits Rasulullah SAW itu sendiri yang telah
menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah
bercukur (gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya
tidak pernah berbuat demikian.
Al-Allamah Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin
Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan
dalam kitabnya Jala’udz Dzolam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib
dari Nabi SAW: Akan keluar di abad kedua belas
nanti di lembah BANI HANIFAH seorang lelaki,
yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong),
lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada
zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka
menghalalkan harta kaum muslimin, diambil
untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum
muslimin?? AI-Hadits.
BANI HANIFAH adalah kaum nabi palsu
Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin
Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi
menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada
lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab.
Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang
mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan
dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan,
sebagian, ulama mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain
adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad
Ibn Abdil Wahab.
Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun
1206 H / 1792 M, seorang ulama mencatat
tahunnya dengan hitungan Abjad: Ba daa halaakul
khobiits (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji)
(Masun Said Alwy)
Diambil dari rubrik Bayan, majalah bulanan
Cahaya Nabawiy No. 33 Th. III Sya?ban 1426 H /
September 2005 M
Wassalamu’alaikum wr wb
Saya hanyalah penyalin yang tidak berhak
membuat rumusan apa-apa mengenai pegangan
wahabi ini. Lantaran dari itulah saya letakkan dua
artikel yang bertentangan supaya dapat sama-
sama kita menilainya. Dan mungkin juga kedua-
dua artikel ini hanya 10 peratus atau mungkin
kurang dari itu kesahihan fakta dan ceritanya.
Menanggapi banyaknya permintaan pembaca
tentang sejarah berdirinya Wahabi maka kami
berusaha memenuhi permintaan itu sesuai
dengan asal usul dan sejarah perkembangannya
semaksimal mungkin berdasarkan berbagai
sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat
dipertanggung-jawabkan, diantaranya,
- Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini
Dahlan,
- I’tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr.
Hempher,
- Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam
karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain.
Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama
pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir
di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia
adalah seorang pedagang yang sering berpindah
dari satu negara ke negara lain dan diantara
negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad,
Iran, India dan Syam.
Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia
terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris
bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai
mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah
dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan
ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil
mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di
tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i.
Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga
termasuk dalam target program kerja kaum
kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di
lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali,
bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah
seorang sunni yang baik, begitu pula guru-
gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-
gurunya mempunyai firasat yang kurang baik
tentang dia bahwa dia akan sesat dan
menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka
menyuruh orang-orang untuk berhati-hati
terhadapnya.
Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar.
Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang
dan memberi peringatan khusus padanya.
Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul
Wahab, ulama besar dari madzhab Hanbali,
menulis buku bantahan kepadanya dengan judul
As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah.
Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di
Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-
Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat:
‘Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu
karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan
kaum muslimin, jika kau dengar seseorang
meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa
memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka
ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya
bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat
maupun madharrat, kalau dia menentang
bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin
kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham
(kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin,
karena engkau menjauh dari kelompok terbesar,
orang yang menjauh dari kelompok terbesar
lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak
mengikuti jalan muslimin?.
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus
Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar.
Allah berfirman : ‘Dan barang siapa yang
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu
(Allah biarkan mereka bergelimang dalam
kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam
jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali (QS: An-Nisa 115)
Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh
Muhammad bin Abdul Wahab, adalah
mengkufurkan kaum muslim sunni yang
mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid
nabi, dan lain-lain.
Berbagai dalil akurat yang disampaikan
ahlussunnah wal jama’ah berkaitan dengan
tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa
alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu,
justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin
sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-
gurunya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada
Muhammad bin Abdul Wahab,
‘Berapa banyak Allah membebaskan orang dari
neraka pada bulan Ramadhan??
Dengan segera dia menjawab, Setiap malam
Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir
malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak
hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal
sampai akhir Ramadhan?
Lelaki itu bertanya lagi ?Kalau begitu pengikutmu
tidak mencapai satu persen pun dari jumlah
tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang
dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah
sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi
bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim.?
Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun
terdiam seribu bahasa.
Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul
Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan
guru-gurunya itu.
Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia
terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah
Najed. Orang-orang yang pengetahuan
agamanya minim Banyak yang terpengaruh.
Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa
Dar’iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun
1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang
dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia
mendukung secara penuh dan memanfaatkannya
untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah
Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh
untuk membunuh atau merampas harta
seseorang dia segera melaksanakannya dengan
keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan
syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh
orang musyrik dijamin surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab
sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi
palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad
Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia
punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali
ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya
dengan julukan Al-Anshar, sedangkan
pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin.
Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia
harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya
kemudian harus mengakui bahwa sebelum
masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu
pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan
mengakui bahwa para ulama besar sebelumnya
telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut
dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia
pun langsung dibunuh.
Muhammad bin Abdul Wahab juga sering
merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian
akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya
melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai
seorang pengikutnya berkata :Tongkatku ini
masih lebih baik dari Muhammad, karena
tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh
ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak
tersisa manfaatnya sama sekali.
Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan
pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan
umatnya. Pengikutnya semakin banyak dan
wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya
bekerja sama untuk memberantas tradisi yang
dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab,
seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid
dan sebagainya.
Tak mengherankan bila para pengikut
Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang
makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802,
mereka menyerang Karbala-Irak, tempat
dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW,
Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam
tersebut dianggap tempat munkar yang
berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun
kemudian, mereka menyerang Madinah,
menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan,
menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi
Muhammad.
Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut.
Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan
merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang
terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan
puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat
kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina
Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah
Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin
Abbas.
Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan
tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-
sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan gendang.
Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan
sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin
tersebut.
Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan
Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-
Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang
bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan
Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada
1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali.
Gerakan Wahabi surut.
Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud
bangkit kembali mengusung paham Wahabi.
Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu
ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan
kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam
Perang Dunia I.
Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi
mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi.
Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat
global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS
setiap tahun untuk menyebarkan ideologi
Wahabi.
Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah
tenang, penuh dengan pergolakan pemikiran,
sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau
pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi’i
yang sudah mapan.
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah
meruntuhkan kubah-kubah di atas makam
sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma’la
(Mekkah), di Baqi dan Uhud (Madinah) semuanya
diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan
mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga
kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di
Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan
menggunakan dinamit dan dijadikan tempat
parkir onta, namun karena gencarnya desakan
kaum Muslimin International maka dibangun
perpustakaan.
Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah
menghargai peninggalan sejarah dan
menghormati nilai-nilai luhur Islam. Semula AI-
Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi
Muhammad SAW dimakamkan juga akan
dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi
karena ancaman International maka orang-orang
biadab itu menjadi takut dan mengurungkan
niatnya.
Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi
manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom
Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang
menentangnya maka diurungkan.
Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah
akhir-akhir ini tidak mempedulikan situs-situs
sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang
menjadi saksi sejarah Rasulullah SAW dan
sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena
khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan
sekarang, tempat kelahiran Nabi SAW terancam
akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir.
Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih
dulu digusur. Padahal, disitulah Rasulullah
berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu
juga putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah
meninggal.
Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan
wahabisme paling punya andil dalam
pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang
situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada
pemujaan berhala baru.
Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, pakar
arsitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan
bahwa beberapa bangunan dari era Islam kuno
terancam musnah. Pada lokasi bangunan
berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan
menuju menara tinggi yang menjadi tujuan
ziarah jamaah haji dan umrah.
Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir
sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya akan
segera diratakan untuk dibangun tempat parkir,
katanya kepada Reuters. Angawi menyebut
setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah
dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun
terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan
bersejarah Islam telah punah semenjak Arab
Saudi berdiri pada 1932.
Hal tersebut berhubungan dengan maklumat
yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior
Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat
tersebut tertulis, Pelestarian bangunan bangunan
bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim
pada penyembahan berhala.
Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi
memang sangat menyedihkan. Mereka banyak
menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam
sejak masa Ar-Rasul SAW. Semua jejak jerih
payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala
Wahabi.
Sebaliknya mereka malah mendatangkan para
arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia
dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali
peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik
yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya
dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan
bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra
Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar
biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan
pelenyapan bukti sejarah yang akan
menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.
Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah
yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan
kebencian permusuhan dan didukung oleh
keuangan yang cukup besar. Mereka gemar
menuduh golongan Islam yang tak sejalan
dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan
ahli bid’ah. Itulah ucapan yang selalu
didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak
pernah mengakui jasa para ulama Islam
manapun kecuali kelompok mereka sendiri.
Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan
kebencian mendalam kepada para Wali Songo
yang menyebarkan dan meng-Islam-kan
penduduk negeri ini.
Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih
kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha,
padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 %
penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi
itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya?
Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang
kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau
menambah 10 % sisanya.
Justru mereka dengan mudahnya mengkafirkan
orang-orang yang dengan nyata bertauhid
kepada Allah SWT.
Jika bukan karena Rahmat Allah yang
mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah
ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi
corong kaum wahabi itu masih berada dalam
kepercayaan animisme, penyembah berhala atau
masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).
Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka
mengaku-aku sebagai faham yang hanya
berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf
apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat
dan sebagainya, itu semua omong kosong
belaka.
Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam
sejarah dengan membantai ribuan orang di
Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah
Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi).
Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai
waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan
alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka
bantai di hadapan ibunya.
Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805.
Semua itu mereka lakukan dengan dalih
memberantas bid’ah, padahal bukankah nama
Saudi sendiri adalah suatu nama bid’ah? Karena
nama negeri Rasulullah SAW diganti dengan
nama satu keluarga kerajaan pendukung faham
wahabi yaitu As-Sa’ud.
Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan
datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa
hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW
dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi.
Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih,
sebagaimana terdapat dalam kitab shahih
BUKHARI & MUSLIM dan lainnya.
Diantaranya: Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah
itu datangnya dari arah sana,? sambil menunjuk
ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul
Fitan)
Akan keluar dari arah timur segolongan manusia
yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai
melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke
hati), mereka keluar dari agama seperti anak
panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan
bisa kembali seperti anak panah yang tak akan
kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah
bercukur (Gundul).? (HR Bukho-ri no 7123, Juz 6
hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh
Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban
Nabi SAW pernah berdo’a: Ya Allah, berikan kami
berkah dalam negara Syam dan Yaman,? Para
sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah,
beliau berdo’a: Ya Allah, berikan kami berkah
dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang
ketiga kalinya beliau SAW bersabda: Di sana
(Najed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana
pula akan muncul tanduk syaitan, Dalam riwayat
lain dua tanduk syaitan.
Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa
tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul).
Dan ini adalah merupakan nash yang jelas
ditujukan kepada para penganut Muhammad bin
Abdul Wahab, karena dia telah memerintahkan
setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya
hingga mereka yang mengikuti tidak
diperbolehkan berpaling dari majlisnya sebelum
bercukur gundul. Hal seperti ini tidak pernah
terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya.
Seperti yang telah dikatakan oleh Sayyid
Abdurrahman Al-Ahdal: Tidak perlu kita menulis
buku untuk menolak Muhammad bin Abdul
Wahab, karena sudah cukup ditolak oleh hadits-
hadits Rasulullah SAW itu sendiri yang telah
menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah
bercukur (gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya
tidak pernah berbuat demikian.
Al-Allamah Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin
Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan
dalam kitabnya Jala’udz Dzolam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib
dari Nabi SAW: Akan keluar di abad kedua belas
nanti di lembah BANI HANIFAH seorang lelaki,
yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong),
lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada
zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka
menghalalkan harta kaum muslimin, diambil
untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum
muslimin?? AI-Hadits.
BANI HANIFAH adalah kaum nabi palsu
Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin
Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi
menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada
lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab.
Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang
mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan
dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan,
sebagian, ulama mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain
adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad
Ibn Abdil Wahab.
Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun
1206 H / 1792 M, seorang ulama mencatat
tahunnya dengan hitungan Abjad: Ba daa halaakul
khobiits (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji)
(Masun Said Alwy)
Diambil dari rubrik Bayan, majalah bulanan
Cahaya Nabawiy No. 33 Th. III Sya?ban 1426 H /
September 2005 M
Wassalamu’alaikum wr wb
Saya hanyalah penyalin yang tidak berhak
membuat rumusan apa-apa mengenai pegangan
wahabi ini. Lantaran dari itulah saya letakkan dua
artikel yang bertentangan supaya dapat sama-
sama kita menilainya. Dan mungkin juga kedua-
dua artikel ini hanya 10 peratus atau mungkin
kurang dari itu kesahihan fakta dan ceritanya.
Comments
Post a Comment
Please write you coment.