Skip to main content

Lebih Lanjut Tentang Wahabi

Propaganda Wahabi Di Basrah & Komplot
Bersama Pemerintah Uyainah
Kemudian dalam perjalanannya ke Syam, di
Basrah Ibn Wahhab berupaya menyebarkan
pemikirannya untuk mencegah ummat daripada
melakukan syiar agama mereka dan menghalangi
mereka daripada perbuatan tersebut. Justru itu
penduduk Basrah bangkit menentangnya, dan
menyingkirkannya daripada perkampungan
mereka. Akhirnya dia melarikan diri ke kota al-
Zabir.
Dalam perjalanan di antara Basrah dan al-Zabir,
akibat terlalu penat berjalan karena kepanasan
sehingga hampir2 menemui ajalnya, seorang
lelaki (dari kota al-Zabir) telah menemuinya lalu
membantunya ketika melihatnya berpakaian
seperti seorang alim. Dia diberikan minuman dan
dibawa kembali ke kota tersebut. Muhammad bin
`Abd al-Wahhab berkeinginan untuk ke Syam
tetapi dia tidak mempunyai bekal yang
mencukupi, lalu pergi ke al-Ahsaâ €™ dan dari situ,
terus ke Huraymilah (dalam kawasan Najd) juga.
Pada tahun 1139H/1726M, bapaknya berpindah
dari `Uyainah ke Huraymilah dan dia ikut serta
dengan bapaknya dan belajar dengannya tetapi
masih meneruskan penentangannya yang kuat
terhadap amalan-amalan agama di Najd, yang
menyebabkan terjadinya pertentangan dan
perselisihan yang berkecamuk di antaranya dan
bapanya di satu pihak dan, dia bersama dengan
penduduk-penduduk Najd di pihak yang lain.
Keadaan tersebut terus berlanjut hingga tahun
1153H/1740M ketika bapaknya meninggal dunia.
[ Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, h.141]. Sejak
itu, Ibn wahhab tidak lagi terikat. Dia telah
mengemukakan akidah2nya yang sesat, menolak
dan memerangi amalan2 agama yang dilakukan
serta menyeru mereka bergabung bersama
kelompoknya. Sebagian tertipu dan sebagian lagi
meninggalkannya hingga dia mengumumkan
kekuasaannya di Madinah.
Ibn Wahhab kembali ke `Uyainah yang diperintah
oleh `Usman bin Hamad yang menerima dan
memuliakannya dan berlakulah perjanjian di
antara mereka berdua bahawa setiap seorang
hendaklah mempertahankan yang lain dengan
seorang memegang kekuasaan dalam
perundangan Islam (al-tasyri`) dan seorang lagi
dalam pemerintahan. Pemerintah `Uyainah
mendukung dengan kekuatan dan Ibn Wahhab
menyeru manusia mentaati pemerintah dan para
pengikutnya.
Berita telah sampai kepada pemerintah al-Ahsaâ
€™ bahawa Muhammad bin `Abd al-Wahhab
menyebarkan pendapat dan bid`ahnya, dan
pemerintah `Uyainah menyokongnya. Beliau telah
mengirimkan suatu surat peringatan dan
ancaman kepada pemerintah `Uyainah.
Pemerintah `Uyainah kemudian memanggil
Muhammad dan memberitahunya bahawa dia
enggan membantunya. Ibn `Abd al-Wahhab
berkata kepadanya: â €œ Sekiranya engkau
membantuku dalam dakwah ini, engkau akan
menguasai seluruh Najd.⠀� Pemerintah tersebut
menyingkirkannya dan memerintahkannya
meninggalkan `Uyainah dengan cara
mengusirnya pada tahun 1160H/1747M.
Pada tahun itu, Muhammad keluar dari `Uyainah
ke Dar`iyyah di Najd yang diperintah oleh
Muhammad bin Sa`ud (m.1179H/1765M) yang
kemudian mengunjungi, memuliakan dan
menjanjikan kebaikan kepadanya. Sebagai
balasannya, Ibn `Abd al-Wahhab memberikan
kabar gembira kepadanya dengan jaminan
penguasaan Najd keseluruhannya. Dengan cara
itu, suatu perjanjian dimeterai.[ Al-Alusi, Tarikh
Najd, h.111-113]. Penduduk Dar`iyyah
mendukungnya sehingga akhirnya Muhammad
ibn `Abd al-Wahhab dan Muhammad bin Sa`ud
menyetujui perjanjian itu(`aqd al-Ittifaqiyyah).
Ibn Basyr al-Najdi yang dipetik oleh al-Alusi
mengatakan: â €œ Penduduk Dar`iyyah pada masa
itu dalam keadaan sangat menderita dan
kepayahan, mereka lalu berusaha untuk
memenuhi kehidupan mereka ... Aku lihat
kesempitan hidup mereka pada kali pertama tetapi
kemudian aku lihat al-Dar`iyyah selepas itu - pada
zaman Sa`ud, penduduknya memiliki harta yang
banyak dan senjata disaluti emas, perak, kuda
yang baik, para bangsawan, pakaian mewah
dsb,i daripada sumber-sumber kekayaan
sehinggakan lidah kelu untuk berkata-kata dan
gambaran secara terperinci tidak mampu
diuraikan.⠀�
“ Aku lihat tempat orang ramai pada hari itu, di
tempat dikenali al-Batin - aku lihat kumpulan lelaki
di satu pihak dan wanita di satu pihak lagi, aku
lihat emas, perak, senjata, unta, kuda, pakaian
mewah dan semua makanan tidak mungkin
dapat digambarkan dan tempat itu pula sejauh
mata memandang, aku dengar hiruk-pikuk suara-
suara penjual dan pembeli ... “[Salah seorang
pengarang `Uthmaniyyah menceritakannya
dalam kitabnya, Tarikh Baghdad, h.152 tentang
permulaan hubungan di antara Muhammad bin
`Abd al-Wahhab dan keturunan Sa`ud dengan
cara yang berbeda tetapi kelihatan sama dengan
apa yang diceritakan]

Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH PERNYATAAN PERANG ACEH DENGAN BELANDA

Jika dibuka kembali sejarah perjalanan konflik Aceh, dapat disebut bahwa tanggal 26 Maret 1873 merupakan akar munculnya persoalan Aceh, yang masih terasa imbasnya sampai sekarang. Kerajaan Belanda melalui Nieuwenhuyzen, Komisaris Gubernemen Belanda mengeluarkan maklumat dan pernyataan perang terhadap kerajaan Aceh tepat tanggal 26 Maret 1873 di atas sebuah kapal perang Citadel van Antwerpen bersamaan dengan pendaratan perdana serdadu Belanda di sekitar Ulee Lhe, Banda Aceh. Pernyataan perang ini dikeluarkan karena kerajaan Aceh tidak mau tunduk di bawah dominasi Belanda, tidak mau melepaskan kewenangannya mengontrol selat malaka. Belanda bahkan menuding pejuang Aceh telah melakukan perompakan di selat Malaka tersebut, dan melakukan sabotase atas kapal-kapal dagang Belanda. Tak hanya itu, tindakan kerajaan Aceh membangun hubungan diplomatic dengan Kerajaan Turki serta dengan beberapa Negara lainnya seperti Perancis, Italia dan Amerika membuat kerajaan Belanda sangat marah dan mendorong

Kisah Warga Pedalaman Keturunan Raja Ubiet

"Hanya Bisa Mengaji, Berobatpun dari Tanaman Hutan" Pagi menjelang siang di Pucuk Krueng Hitam atau Gunung Ijo. Kabut masih enggan beranjak, sehingga sinar matahari belum menembus ke permukaan tanah. Namun, geliat masyarakat pedalaman keturunan Raja Ubiet, telah beranjak menuju ladang yang merupakan satu-satunya mata pencaharian masyarakat setempat. Warga pedalaman keturunan Raja Ubiet pun terbiasa menikmati dan memanfaatkan hasil hutan, tetapi tidak merusak hutan, begitu kata mereka.Kesibukan pagi pun di mulai. Pihak laki-laki bekerja ke ladang, sementara sang perempuan disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga, meski sesekali ikut membantu sang suami.

PANGLIMA ISHAK DAUD DIMATA SAYA

Saat sekarang banyak sekali panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kini sudah menjadi orang penting di pemerintahan Aceh. Banyak diantara mereka yang belum saya kenal karena tiba-tiba muncul saat perdamaian Aceh. Dari banyak panglima GAM, saya kok lebih terkenang pada Ishak Daud, mantan panglima GAM wilayah Peurelak. Teungku Ishak ini sudah almarhum, tetapi sepertinya beliau begitu hidup dalam pikiran saya sebagai wartawan yang pernah meliput lama di Aceh. Teungku Ishak Daud, Panglima GAM Saya mengenal almarhum Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Peurelak Aceh Timur tahun 2001. Saat itu saya diajak oleh senior saya Murizal Hamzah ke pedalaman Aceh Timur untuk bertemu beliau dan pasukannya.