Harta yang banyak itu tidak diketahui datang dari
mana, dan Ibn Basyr al-Najdi sendiri tidak
menceritakan sumber harta kekayaan yang
banyak itu tetapi berdasarkan fakta-fakta sejarah,
Ibn `Abd al-Wahhab memperolehinya daripada
serangan dan serbuan yang dilakukannya
bersama-sama para pengikutnya terhadap
kabilah2 dan kota2 yang kemudian
meninggalkannya untuknya. Ibn `Abd al-Wahhab
merampas harta kekayaan itu dan membagi-
bagikan kepada penduduk Dar`iyyah.
Ibn `Abd al-Wahhab mengikuti kaedah khusus
dalam pembagian harta rampasan yang
dirampasbnya dari kaum muslimin . Ada kalanya,
dia membagikannya hanya kepada 2 atau 3 orang
pengikutnya. Amir Najd menerima bagian
daripada ghanimah itu dengan persetujuan
Muhammad bin `Abd al-Wahhab sendiri. Ibn
`Abd al-Wahhab melakukan perbuatan yang
buruk terhadap umat Islam yang tidak tunduk
kepada hawa nafsu dan pendapatnya dan
disamakan dengan kafir harbi dan dia
menghalalkan harta mereka.
Ringkasnya, Muhammad ibn `Abd al-Wahhab
kelihatan menyeru kepada agama Tawhid tetapi
tawhid sesat ciptaannya sendiri, dan bukannya
tawhid menurut seruan al-Qurâ €™an dan al-
Hadist. Siapa yang tunduk (kepada tawhidnya)
akan terpelihara diri dan hartanya dan sesiapa
yang menolak dianggap kafir harbi (yang perlu
diperangi) darah dan hartanya halal.
Dengan alasan inilah, golongan Wahhabi
menguasai medan peperangan di Najd dan
kawasan2 di luarnya seperti Yaman, Hijaz, sekitar
Syria dan `Iraq. Mereka mengaut keuntungan
yang berlimpah daripada kota2yang mereka
kuasai menurut kemauan dan kehendak mereka,
dan jika mereka bisa menghimpunkan kawasan2
itu ke dalam kekuasaan dan kehendak mereka,
mereka akan lakukan semua itu, tetapi jika
sebaliknya mereka hanya datang untuk
merampas harta kekayaan saja.[ Tarikh Mamlakah
al-`Arabiyyah al-Sa`udiyyah, Vol. I, h..51].
Ibn Wahab memerintahkan orang2 yang
cenderung mengikuti dakwahnya supaya
memberikan bai`ah dan orang-orang yang
enggan wajib dibunuh dan dibagi-bagikan
hartanya. Oleh kerana itu, dalam proses
membuang dan mengasingkan penduduk
kampung di sekitar al-Ahsaâ €™ untuk
mendapatkan bai`ah itu, mereka telah menyerang
dan membunuh 300 orang dan merampas harta
-harta mereka.[ Tarikh Mamlakah al-`Arabiyyah
al-Sa`udiyyah, Vol. I, h..51].
Bagi Muhamad bin Abdul Wahhab, situasi dan
kondisi amat mendukung baginya untuk
menyebarkan pemikiran-pemikirannya yang
beracun ke tengah ummat. Karena kebodohan
dan kebuta-hurufan menghinggapi seluruh
kawasan Najd kala itu. Di samping itu, penguasa
Ali Su'ud (keluarga Su'ud) membantu penyebaran
dakwahnya dengan pedang. Dengan faktor-faktor
inilah mereka memaksa manusia untuk
berpegang kepada ajaran Wahabi, dan jika tidak,
mereka akan mencapnya dengan label kufur dan
syirik, serta menghalalkan harta dan darahnya.
Mereka melakukan pembenaran atas tindakannya
itu melalui sejumlah keyakinan rusak, dengan
label "tauhid yang benar". Muhammad bin Abdul
Wahhab memulai pembicaraannya tentang
tauhid sebagai berikut:
"Tauhid ada dua macam: Tauhid rububiyyah dan
tauhid uluhiyyah. Adapun mengenai tauhid
rububiyyah, baik orang Muslim maupun orang
kafir mengakui itu. Adapun tauhid uluhiyyah,
dialah yang menjadi pembeda antara kekufuran
dan Islam. Hendaknya setiap Muslim dapat
membedakan antara kedua jenis tauhid ini, dan
mengetahui bahwa orang-orang kafir tidak
mengingkari Allah SWT sebagai Pencipta,
Pemberi rezeki dan Pengatur. Allah SWT
berfirman,
'Katakanlah, 'Siapakah yang memberi rezeki
kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang
mengatur segala urusan?' Maka katakanlah,
'Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)
?' (QS. Yunus: 31)
'Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada
mereka, 'Siapakah yang menjadikan langit dan
buini dan menundukkan matahari dan bulan?
'Tentu mereka akan menjawab, 'Allah', maka
betapakah mereka dapat dipalingkan (dari jalan
yang benar).' (QS. al-'Ankabut: 61)
Jika telah terbukti bagi Anda bahwa orang-orang
kafir mengakui yang demikian, niscaya Anda
mengetahui bahwa perkataan Anda yang
mengatakan "Sesungguhnya tidak ada yang
menciptakan dan tidak ada yang memberi rezeki
kecuali Allah, serta tidak ada yang mengatur
urusan kecuali Allah", tidaklah menjadikan diri
anda seorang Muslim sampai Anda mengatakan,
'Tidak ada Tuhan selain Allah' dengan disertai
melaksanakan artinya."[ Fi 'Aqa'id al-Islam,
Muhammad bin Abdul Wahhab, hal 38]
maza9071
mana, dan Ibn Basyr al-Najdi sendiri tidak
menceritakan sumber harta kekayaan yang
banyak itu tetapi berdasarkan fakta-fakta sejarah,
Ibn `Abd al-Wahhab memperolehinya daripada
serangan dan serbuan yang dilakukannya
bersama-sama para pengikutnya terhadap
kabilah2 dan kota2 yang kemudian
meninggalkannya untuknya. Ibn `Abd al-Wahhab
merampas harta kekayaan itu dan membagi-
bagikan kepada penduduk Dar`iyyah.
Ibn `Abd al-Wahhab mengikuti kaedah khusus
dalam pembagian harta rampasan yang
dirampasbnya dari kaum muslimin . Ada kalanya,
dia membagikannya hanya kepada 2 atau 3 orang
pengikutnya. Amir Najd menerima bagian
daripada ghanimah itu dengan persetujuan
Muhammad bin `Abd al-Wahhab sendiri. Ibn
`Abd al-Wahhab melakukan perbuatan yang
buruk terhadap umat Islam yang tidak tunduk
kepada hawa nafsu dan pendapatnya dan
disamakan dengan kafir harbi dan dia
menghalalkan harta mereka.
Ringkasnya, Muhammad ibn `Abd al-Wahhab
kelihatan menyeru kepada agama Tawhid tetapi
tawhid sesat ciptaannya sendiri, dan bukannya
tawhid menurut seruan al-Qurâ €™an dan al-
Hadist. Siapa yang tunduk (kepada tawhidnya)
akan terpelihara diri dan hartanya dan sesiapa
yang menolak dianggap kafir harbi (yang perlu
diperangi) darah dan hartanya halal.
Dengan alasan inilah, golongan Wahhabi
menguasai medan peperangan di Najd dan
kawasan2 di luarnya seperti Yaman, Hijaz, sekitar
Syria dan `Iraq. Mereka mengaut keuntungan
yang berlimpah daripada kota2yang mereka
kuasai menurut kemauan dan kehendak mereka,
dan jika mereka bisa menghimpunkan kawasan2
itu ke dalam kekuasaan dan kehendak mereka,
mereka akan lakukan semua itu, tetapi jika
sebaliknya mereka hanya datang untuk
merampas harta kekayaan saja.[ Tarikh Mamlakah
al-`Arabiyyah al-Sa`udiyyah, Vol. I, h..51].
Ibn Wahab memerintahkan orang2 yang
cenderung mengikuti dakwahnya supaya
memberikan bai`ah dan orang-orang yang
enggan wajib dibunuh dan dibagi-bagikan
hartanya. Oleh kerana itu, dalam proses
membuang dan mengasingkan penduduk
kampung di sekitar al-Ahsaâ €™ untuk
mendapatkan bai`ah itu, mereka telah menyerang
dan membunuh 300 orang dan merampas harta
-harta mereka.[ Tarikh Mamlakah al-`Arabiyyah
al-Sa`udiyyah, Vol. I, h..51].
Bagi Muhamad bin Abdul Wahhab, situasi dan
kondisi amat mendukung baginya untuk
menyebarkan pemikiran-pemikirannya yang
beracun ke tengah ummat. Karena kebodohan
dan kebuta-hurufan menghinggapi seluruh
kawasan Najd kala itu. Di samping itu, penguasa
Ali Su'ud (keluarga Su'ud) membantu penyebaran
dakwahnya dengan pedang. Dengan faktor-faktor
inilah mereka memaksa manusia untuk
berpegang kepada ajaran Wahabi, dan jika tidak,
mereka akan mencapnya dengan label kufur dan
syirik, serta menghalalkan harta dan darahnya.
Mereka melakukan pembenaran atas tindakannya
itu melalui sejumlah keyakinan rusak, dengan
label "tauhid yang benar". Muhammad bin Abdul
Wahhab memulai pembicaraannya tentang
tauhid sebagai berikut:
"Tauhid ada dua macam: Tauhid rububiyyah dan
tauhid uluhiyyah. Adapun mengenai tauhid
rububiyyah, baik orang Muslim maupun orang
kafir mengakui itu. Adapun tauhid uluhiyyah,
dialah yang menjadi pembeda antara kekufuran
dan Islam. Hendaknya setiap Muslim dapat
membedakan antara kedua jenis tauhid ini, dan
mengetahui bahwa orang-orang kafir tidak
mengingkari Allah SWT sebagai Pencipta,
Pemberi rezeki dan Pengatur. Allah SWT
berfirman,
'Katakanlah, 'Siapakah yang memberi rezeki
kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang
mengatur segala urusan?' Maka katakanlah,
'Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)
?' (QS. Yunus: 31)
'Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada
mereka, 'Siapakah yang menjadikan langit dan
buini dan menundukkan matahari dan bulan?
'Tentu mereka akan menjawab, 'Allah', maka
betapakah mereka dapat dipalingkan (dari jalan
yang benar).' (QS. al-'Ankabut: 61)
Jika telah terbukti bagi Anda bahwa orang-orang
kafir mengakui yang demikian, niscaya Anda
mengetahui bahwa perkataan Anda yang
mengatakan "Sesungguhnya tidak ada yang
menciptakan dan tidak ada yang memberi rezeki
kecuali Allah, serta tidak ada yang mengatur
urusan kecuali Allah", tidaklah menjadikan diri
anda seorang Muslim sampai Anda mengatakan,
'Tidak ada Tuhan selain Allah' dengan disertai
melaksanakan artinya."[ Fi 'Aqa'id al-Islam,
Muhammad bin Abdul Wahhab, hal 38]
maza9071
Comments
Post a Comment
Please write you coment.