Skip to main content

SRUKTUR MILITER ANGKATAN PERANG KERAJAAN ACEH DARUSSALAM

Untuk mengenang kembali masa keemasan, kejayaan, dan kebesaran Kerajaan Aceh Darussalam dengan angkatan perangnya yang tangguh di darat dan laut, di bawah ini saya tampilkan gelar-gelar perwira di Departemen Pertahanan dan susunan pangkat mau pun jabatan angkatan perang zaman Kerajaan Aceh Darussalam, yang dikutip dari Kandar Aceh. Balai Laksamana Amirul Harb Menurut Qanun Meukuta Alam (Konstitusi Negara/Undang-undang Kerajaan Aceh Darussalam), di antara lembaga-lembaga negara tertinggi terdapat Balai Laksamana Amirul Harb (Departemen Pertahanan), dan pejabat tinggi yang memimpinnya bergelar Orangkaya Laksamana Wazirul Harb (Menteri Pertahanan) yang mengepalai Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Qanun (Balai Laksamana) 
1. Seri Bentara Laksamana
2. Tandil Amirul Harb
3. Tandil Kawal Laksamana
4. Budjang Kawal Bentara Sijasah
5. Budjang Laksamana
6. Tandil Bentara Semasat 7. Budjang Bentara Sidik
8. Tandil Radja
9. Budjang Radja
10. Magat Seukawat
11. Budjang Akijana
12. Tandil Gapounara Sijasah Pembangunan Angkatan Perang Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530 M),
pembangun Kerajaan Aceh Darussalam telah menetapkan empat dasar kebijakan negara, di antaranya: membangun Armada (Angkatan Laut) yang kuat. Sultan Alaiddin Riayat Syah (1539-1572 M) yang lebih terkenal dengan Al Qahhar segera melanjutkan rencana Ali Mughayat Syah dengan membangun armada dan angkatan perang yang kuat, sekaligus menjalin kerjasama militer dengan negara Turkey Ottoman (Turki Usmani). Tenaga-tenaga ahli teknik untuk keperluan zeni didatangkan dari Turki, Arab, dan India. Turki sendiri mengirim 300 tenaga ahli yang dimaksud. Sultan Iskandar Muda (Iskandar I, 1606-1636 M) yang mendasarkan kerjanya pada filsafat: siapa kuat hidup, siapa lemah, tenggelam terus memperkuat dan mempermodern angkatan perangnya darat dan laut.
Pangkat-Pangkat Militer Angkatan Perang Atjeh
1. Si Pai (Prajurit)
2. Tjut (Kopral)
3. Banta Sedang (Sersan)
4. Banta (Sersan Mayor) 5. Banta Setia (Pembantu Letnan)
6. Pang Tjut (Letnan II)
7. Pang Muda (Letnan I)
8. Pang (Kapten)
9. Bentara Tjut ( Mayor)
10. Bentara Muda (Letnan Kolonel) 
11. Bentara (Kolonel)
12. Panglima Sukey (Brigadir Jenderal)
13. Panglima Tjut (Mayor Jenderal)
14. Panglima Muda (Letnan Jenderal)
15. Panglima (Jenderal) Buhon Angkatan
(Pasukan Tentara)
1. Sabat (Regu)
2. Rakan (Peleton)
3. Kawan (Kompi)
4. Balang (Batalyon), Ulee Balang (Komandan Batalyon) 
5. Sukey (Resimen)
6. Sagoe (Devisi) Neumat Buet (Jabatan)
1. Ulee (Komandan)
2. Rama Setia (Ajudan)
3. Keudjruen (Ajudan Jenderal)
4. Keudjruen Panglima (Ajudan Panglima)
5. Keudjruen Balang (Ajudan Batalyon) 6. Peurintah (Komando)
7. Adat (Staf)
8. Tuha Adat (Kepala Staf)
9. Adat Meuhad (Staf Khusus)
10. Kaway (Petugas Penjagaan/Piket) Adat Peurintah Sagoe 
(Staf Komando Devisi)
1. Panglima Peurintah Sagoe (Panglima Devisi)
2. Panglima Wakilah (Wakil Panglima)
3. Bentara Rama Setia (Ajudan Kolenel) 4. Pang Setia (Ajudan Kapten)
5. Tuha Adat Peurintah (Kepala Staf Komando)
6. Keudjreun (Staf Ajudan)
7. Pang Muda Setia (Ajudan Letnan)
8. Adat Samaindra (Staf Administrasi) 9. Adat Seumasat (Staf Intelijen)
10. Adat Peunaroe (Staf Operasi)
11. Adat Seunaroe (Staf Logistik)
12. Adat Meuhad (Staf Khusus)
13. Bala Sidek Tantra (Korps Polisi Militer)
14. Bala Tantra Rantoe (Tentara Lapangan/infanteri)
15. Bala Utoh Pande (Korps Zeni Bangunan)
16. Bala Surah Hanta (Korps Perhubungan)
17. Bala Buleun Mirah (Korps Palang Merah)
18. Bala Dapu Balee (Korps Perbekalan Barak)
19. Balang Balee Raya (Batalyon Garnizun)
20. Balang Meuriam Lila (Batalyon Alteleri)
21. Kawan Bala Gajah (Batalyon Kaveleri)
22. Mentara Tuha Adat (Kepala Staf)
23. Ulee Adat (Perwira Staf)
24. Ulee Bala (Kepala Korps)
25. Ulee Kawan (Komandan Kompi) 
26. Ulee Balang (Komandan Batalyon, yang merangkap sebagai kepala pemerintahan sipil) Demikian sekilas tentang struktur militer angkatan perang Kerajaan Aceh Darussalam yang sudah terkenal berabad-abad yang silam.***

Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH PERNYATAAN PERANG ACEH DENGAN BELANDA

Jika dibuka kembali sejarah perjalanan konflik Aceh, dapat disebut bahwa tanggal 26 Maret 1873 merupakan akar munculnya persoalan Aceh, yang masih terasa imbasnya sampai sekarang. Kerajaan Belanda melalui Nieuwenhuyzen, Komisaris Gubernemen Belanda mengeluarkan maklumat dan pernyataan perang terhadap kerajaan Aceh tepat tanggal 26 Maret 1873 di atas sebuah kapal perang Citadel van Antwerpen bersamaan dengan pendaratan perdana serdadu Belanda di sekitar Ulee Lhe, Banda Aceh. Pernyataan perang ini dikeluarkan karena kerajaan Aceh tidak mau tunduk di bawah dominasi Belanda, tidak mau melepaskan kewenangannya mengontrol selat malaka. Belanda bahkan menuding pejuang Aceh telah melakukan perompakan di selat Malaka tersebut, dan melakukan sabotase atas kapal-kapal dagang Belanda. Tak hanya itu, tindakan kerajaan Aceh membangun hubungan diplomatic dengan Kerajaan Turki serta dengan beberapa Negara lainnya seperti Perancis, Italia dan Amerika membuat kerajaan Belanda sangat marah dan mendorong...

Begitu Sangat Agresifnya Kristenisasi di Aceh

BANDA ACEH (voa-islam.com) - Begitu agresifnya para missionaris Kristen memurtadkan bangsa Aceh sejak negeri ini dijajah oleh Portugis, Belanda, dan Jepang. Sekalipun usaha-usaha kristenisasi itu sangat bertentangan dengan SKB Tiga Menteri dan UU Penodaan Agama No.1 Tahun 1945, menyebutkan setiap pemeluk agama yang disahkan oleh Negara Indonesia, tidak boleh diajak memeluk agama lain dengan cara apapun.

Bronbeek: Museum ‘Aceh’ yang Tercecer dari Belanda

Oleh Asnawi Ali HASRAT untuk berlibur sambil memburu fakta sejarah ke Belanda sudah lama terpendam. Jika dari Swedia sangatlah murah dan mudah tanpa perlu menggunakan visa karena sesama negara anggota Uni Eropa. Ibarat kata pepatah, "Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui". Setelah mengikuti acara International Human Rights Training SpeakOut2012 dari UNPO di Belanda, penulis beserta dua orang warga Aceh di Swedia dengan dipandu seorang warga Aceh di Belanda, mengunjungi sebuah museum yang menyimpan harta peninggalan Aceh masa berperang dengan Belanda. Museum Bronbeek namanya, terletak di kota Arnhem, dan hanya 80 menit perjalanan kereta api dari ibukota Belanda, Amsterdam.