Islam masuk kewilayah Asia Tenggara melalui berbagai macam cara, terutama melaui jalur perdagangan. Dimana islam masuk melalui pesisir sebagai basis dari para niagawan untuk singgah dan melakukan transaksi disana. Berkenaan dengan masuknya Islam ke Nusantara seperti yang kita ketahui umumnya kesultanan Islam pertama lahir pada kerajaan Pasai di Aceh, dan pada perkembangannnya menyebar hingga keseluruh nusantara takterkecuali di daerah papua, namun demikian perjalanan islam mengalami pasang surut di nusantara, karena berbagai faktor yang mendorongnya seperti, kedatangan kolonial eropa yang hampir berbarengan datang ke nusantara dengan hadirnya Islam. Karena Kawasan Asia Tenggara sejak awal abad masehi telah berfungsi sebagai jalur lintas perdagangan bagi kawasan di sekitarnya, karena Asia Tenggara terletak pada jalur silang antara Asia Timur (China) dan Asia Selatan (India). Melalui jalur perdagangan ini kawasan Asia Tenggara pada abad ke-5 dan seterusnya menjadi lebih ramai dengan hadirnya para pedagang dan pelaut yang biasa berlayar melalui wilayah tersebut.
Namun kehadiran Islam yang terlebih dahulu ke Nusanatara telah memiliki suatu kekuatan yang menjadi dasar bagi keberlangsungan agama Islam hingga saat ini. Kedatangan kolonial eropa di mulai dari Portugis dan kemudian di ikiuti oleh bangsa Eropa Lainya menciptakan ke unikan tersendiri bagi sejarah Islam Nusanatara.
Seperti halnya yang terjadi di Malaysia, dari sejak kedatangannya Islam telah menjadi identitas bagi masyarakat yang mendiami semenanjung malaya hingga kini dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyrakatnya seperti kehidupan Politik, Sosial, Budaya, Ekonomi dan pendidikan.
Sama halnya dengan Timor-Timur yang saat ini merupakan wilayah dari negara Republik Timor Leste yang memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 1999 melalui referendum yang ditentukan rakyatnya untuk masalah pembentukan negara republik ini. Sama halnya dengan Islam di Asia Tenggara lainnya, Timor Leste juga memiliki sejarah yang sama mengenai kehadiran Islam diwilayah ini. Namun yang perlu jadi perhatian ada mengenai perkembangan Islam di Timor Leste ini tersendiri dimana Islam sebagai agama yang telah masuk lama namun tidak menjadi agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Timor Leste. Maka dari itu perlu kita diskusikan bersama mengenai perkembangan islam di Timor Leste tentang sejarah masuk dan perkembangannya hingga saat ini. Melihat perkembangan wilayah lain yang di sejarah masuk dan perkembangan islamnya sama dengan perkembangan islam lainnya di asia tenggara.
Sekilas Mengenai Timor Leste
Negara Timor Leste merupakan negara yang baru, setelah pemisahannya dari negara Republik Indonesia pada tahun 1999 melalui referendum yang di tentukan oleh masyarakat Timor-Timur. Dan di syahkan pada 20 Mai 2002.
Timor Sejatinya merupakan sebuah Pulau yang terbagi atas dua negara yakni Indonesia dibagaian barat pulau dan Timor Leste dibagian Timur Pulau Timor, yang dahulunya juga merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Sorbia dan Belos yang menganut aliran Animisme yang tidak terpengaruh kebudayaan Hindu-Budha yang kemudian Islam diwilayah-wilayah Lain seperti Jawa serta Pulau Lainnya. keberdaan ini merupakan sejarah panjang dari pertemuan pendatang eropa yang sampai ke Timor. Sejak 1515 Pulau Timor di kuasai oleh Portugis. Dan sejak saat itulah menandai masuknya agama Kristen masuk kewilayah Timor melalui Misionaris Dominica Portugis.
Sampai-sampai penyerangan bangsa Belanda terhadap Pulau ini pada 1651 dan berhasil menguasai wilayah barat pulau, melalui perjanjian antara Pemerintah Belanda dan Portugis pada 1859 mengenai perbatasan wilayah wilayah ini resmi terbagi dua antara Timur dikuasi oleh Timor Portugis yang perkembanagnnya menjadi wilayah Timor Leste Saat bini dan barat Masuk kewilayah Hindia-Belanda dan pada perkembangannya masuk ke wilayah Republik Indonesia dan hingga pada akhirnya terbentuklah Negara Republik Demokratik Timor Leste.
Republik demokratik Timor Leste adalah sebuah Negara kecil yang berada di kawasan Asia Tenggara, dengan luas wilayah sekitar 14.609.375 km2 dan jumlah penduduk 978. 590 jiwa pada tahun 2006. Secara geografis, Timor Leste berada di tengah-tengah kepulauan Indonesia bagian timur, timor leste memang sempat menjadi bagian Negara kesatuan Republik Indonesia tepatnya sebagai propinsi ke-27 dari tahun 1976-2002, setelah sebelumnya di jajah portugal selama kurang 450 tahun.
Timor leste resmi menajadi Negara sendiri, tepatnya lepas dari Indonesia tanggal 20 Mei 2002, setelah hasil dari jajak pendapat yang diselenggarakan PBB melalui UNAMET (United nations Missions In East Timor/Misi perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor-Timur, Menunjukan mayoritas penduduk Timor timur memilih unutk menolak otonomi khusus dan berpisah dengan Indonesia (344.580 suara atau 78,5%) sementara 94.388 suara atau 22,5% menerima otonomi khusus.
Penduduk Timor Timur merupakan campuran antara suku bangsa Melayu dan Papua. Mayoritas penduduk Timor Timur beragama Katolik (90%), diikuti Protestan (5%), Islam (3%), dan sisanya Buddha, Hindu, dan aliran kepercayaan (2%). Karena mayoritas penduduk beragama Katolik, maka kini terdapat dua keuskupan (diosis) yaitu: Diosis Dili dan Diosis Baucau yang meliputi empat distrik bagian timur Timor-Leste.
Pengguanaan bahasa di Timor Leste di pengaruhi Oleh sejarah panjang yang dialami oleh Negara tersebut, setidaknya ada tiga bahasa yang lazim di gunakan di Timor Leste, dianataranya bahasa : Tetun bahasa Pribumi, Bahasa Indonesia Dan bahasa Portugal, dengan katagori Etnic yang mendiami Timor Leste dianatranya : Etnic Malay Polinesia, Chinese dan Arab.
Dengan melihat kondisi sosial yang ada jelasnya kita akan multikulturnya kadaan penduduk di Timor-Leste, terlebih berkaiatan dengan bangsa arab yang ada di Timor-Leste, berdasarkan persebarannya di wilayah kepulauan di Nusanatara jelasnya bersamaan dengan kehadiran islam di Timor-Leste.
Sejarah Masuknya Islam di Timor Leste
a. Awal Masuknya Islam
Untuk Mengetahui sejarah masuk dan berkembangnnya islam di Timor Leste maka kita akan terpojok pada beberapa fase mengenai kehadiran islam di Timor Leste ini tersendiri, Muslim Timor Timur , muslim Timor Leste dapat di bagi atas tiga fase yakni fase pertama fase dimana islam masuk ke Timor Melalui Kehadiran Pedaganag Arab atau pedaganag Hadrami, fase kedua Islam Masuk ke Timor melalui para paendatang dari Afrika khususnya wilayah Magribi dimana dari pada mereka adalah Pentadang Buangan dari pemerintah kolonial Portugal di wilayah Magrib, fase Kedatangan Muslim Indonesia
Kedatangan Pertama Islam di Timor Timur, kepastian kehadiran Islam di Timor Timur bermula pada tahun sebelum kedatangan orang-orang Portugis datang ke Timor pada thun 1512 M, berdasarkan Tulisan Ambarak A. Bazher seoarang penulis keturunan arab di Timor dalam bukunya Islam di Timor Timur ia menyatakan bahwa Menurut infomasi dari masyarakatt setempat dan juga kalangan keturunan, ketika bangsa portugis tiba dari Gowa Sulawesi Selatan, portugis di sambut oleh masyarakat Dili yang dimpin Abdullah Afif.
Dengan demikian dapat dikatakan kedatangan umat islam telah lebih dahulu tiba di Pulau Timor, mengenai tepat waktu tahunya tentang kedatangan Islam ke Timor tidak ada yang mengetahui secara pastinya, namun menurut tuturan muslim keturunan islam masuk ketimor (Dili) sejak awal abad Hijriah seperti halnya terjadi di kepulauan Indonesia lainnya, bersamaan dengan masuknya islam kepulauan malauku pada awal abad 14M ketika kekuasaan kesultanan Ternate dan Tidore sedang berada di Puncaknya.
pada kedatangannya bangsa Arab tidak terang-terangan memperkenalkan Islam namun menggunakan bahasa perdagangan dikarenakan penduduk Timor ketika itu belum siap dalam menerima agama maupun kebudayaan luar. Masyarakat Timor masih memegang kuat adat istiadat dan kebudayaan Asli Timor, kebudyaan nenek moyang yang percaya dengan keberdaan benda ghaib yang daianggap keramat seperti Lulik.
Namun demikian menurut Ambarak, Timor pada abad ke 14 M telah takluk kedalam kekuasaan kerajaan Malaka, hal ini daat di buktikan dengan adanya pantun malaka yang menerangkan bahwa Timor takluk dalam wilayah kekuasaan Malaka, di katakan bahwa di timor terdapat tiga raja (Liurai) seperti Liurai Lorosa'e (Raja Besar di Timor bagian timur) Liurai Loromonu ( Raja Besar di Timor bagian Barat) dan Liurai Waihale (Raja Besar di Timor bagian tengah) yang masing-masing berkedudukan di Liquisa, Molo Fatumenutu dan Kamansa Betun (Atambua). Pada waktu itu di katakan terjadi konfederasi Malaka -Timor (Kesepakatan Malaka Timor).
Mengenai bukti kedatangan Islam bersamaan dengan persebaran islam lainnya di nusantara dikatakan dengan melalui jalur dagang antar Selat Malaka kemudian dilanjutkan melalui jalur utara Laut Jawa dan di teruskan ke wilayah Maluku dan kemudian dianjutkan ke Sorong Papua dan dilanjutkan ke Morotai dan pada akhirnya sampai di Timor.
Dili menjadi magneet tersediri sebagai pusat dagang antar pulau dikatakan terdapat pulau di depan kantor Guberbur dan Sional(Kantor Angkatan Laut) namun daratan tersebut telah tertutp air. Menurut Abarak juga terdapat hubungan dengan para pedangan Makasar, Bugis dan Buton serta pedangan Arab.
Dari penjelasan ini mengenai masuknya Islam di Timor Leste, dapat kita simpulkan dalam beberapa bagian.Yaitu :
Teori Pertama, Islam masuk memasuki Dili Timor Leste bersamaan dengan masuknya agama Islam Kepulauan Nusantara. Hal ini dapat kita simpulkan dari berbagai penutupan kalangan tokoh Islam Keturunan Arab-Dili.
Teori Kedua, penduduk asli Timor Leste mengatakan bahwa Islam masuk lebih awal di bandingkan dengan bangsa Eropa dan agama lain.
Teori Ketiga, saat Islam masuk Ke Timor Leste yang bertepatan dengan masuknya Islam di kepulauan Nusantara yang di bawa oleh para pedagang Hadramaut. Namun para pedagang dari Hadramaut saat itu belum menetap, mereka mualai menetap di Dili sejak Awal Abad ke-17 M.
Teori Keempat, sebagian orang mengatakan bahwa Islam masuk di Timor Dili bersamaan dengan datangnya para pedagang Eropa, seperti Portugal, Spanyol, Belanda. Ketika melakukan Pelayaran di Kepulauan Nusantara dan Asia Pasifik, para pedagang Arab senantiasa berhubungan dengan pedagang-pedagang Eropa. Mereka berlayar ke Timor melaui Pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku
Teori Kelima, pedagang Arab Hadramaut pertama yang menetap di Dili adalah Habib Umar Muhdlar pada Abad ke-17 M.
Teori Keenam, kalangan keturunan Arab Di Dili pernah mengatakan dari leluhur mereka bahwa para pedagang Arab itu datang di tanah Timor Dili sejak awal abad permulaan Islam Jazirah Arab.
Pada dasarnya umat Islam di daerah Dili adalah bagian dari beberapa Tokoh Sejarah yang berkembang persebaran Islam di daerah tersebut. Menurut informasi-informasi masyarakat setempat dan juga kalangan keturunan Arab Hadramaut, sebelum bangsa Portugis, Belanda, Jepang, Australia, Cina. Dan bangsa-bangsa asing lainnya, bahwa para pedagang Arab sudah datang di daerah Dili membawa perdagangan dari Hadramaut, Yaman Selatan.
Menurut H Abdullah Basyarewan sebagai Ketua MUI Timor-Timur menegaskan bahwa ketika kapal pertama Portugis tiba Di Timor-Timur pada tahun 1512. mereka di sambut oleh masyarakat Dili yang ketika itu di pimpin oleh Abdullah afif (adalah salah satu seorang pedagang Arab). Namun masyarakat Dili generasi sekarang tidak mengetahui kapan para pedagang Arab datang ke Dili yang Pasti Para Pedagang Arab datang lebih dahulu di bandingkan dengan bangsa Eropa.
b. Pengaruh Penjajahan Portugal
dikatakan sebelumnya terdapat emapat fase kehadiran Islam di Timor Leste, penjajahan portugal atas afrika juga berdamapak pada hadirnya islam di Timor Timur dimana ketika Portugal menjajah wilayah Magribi, banyak pejuang dari wilayah afrika yang di buang ke Timor-Timur yang kalai itu merupakan bagian dari wilayah jajahan dari Portugal. Hal serupa juga terjadi di berberapa wilayah jajahan Portugal lainnya seperti : Mozambik, Angola, Macao, dan India.
Dari para buangan tersebut merupakan pejuang yang beraga Islam dan memegang teguh ajaran agamanya dan dari sebagaian buangan tersebut merupakan Raja di daerah asalnya. Diantaranya adalah buangan dari Mozambik : Muhammad, Ahmadi Yusuf, Ibrahim, Umar, Musa (Seorang Raja) yang bersama seorang anaknya yang bernama Hasan (yang ibunya merupakan penduduk Pribumi. Dan buangan dari Pakistan dan India diantaranya : Sultan Syah, Yusuf Ibrahim, dan Daulat Khan. Kehidupan pengasingan tidak membuat mereka menjadi terasing karena mereka sama-sama bertemu dengan komunitas Islam Dili yang menjadikan mereka tidak tidak terasing dan akrab karena menemukan orang-orag yang seiman dan seagama.
Kebiasaan mereka yang bersal dari Mozambik tidak ubahnya dengan muslim arab yang kerap menggunakan baju Gamisnya sehingga pada kunjungan mereka ke komunitas arab kerap menggunakan baju gamis tersebut dan saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa arab, diantara mereka amat pandai dalam Ilmu Falak serta Ilmu Agama Lainnya. Sebagian dari pada mereka menikah dan memiliki keturunan.
c. Kedatangan Muslim Hindia Belanda (Indonesia) dan Masa Integrasi dengan Indonesia
Dalam masa Integrasi dengan Indonesia, Keberdaan Umat Islam Di Timor Timur amat naik secara signifikan dikarenakan banyak berdatangan dari wilayah Indonesia Tercatat berdasarkan Statistik Umat islam di Timor Leste yang di Keluarkan Cencistil (Centro de Comunidade Islamica de Timor Leste).
Keadaan jumlah penduduk muslim mengalami perkembangan yang signifikan dimana jumlah penduduk muslim di Timor -Timur dikatakan bahwa jumlah Muslim pada tahun 1990-an mencapai 31579 jiwa, dimana terdapat 13 Masjid, 30 Mushala, 21 Madrasah, 20 Lembaga Islam dan 116 Ustazd, namun perbendaan terjadi disaat perpisahan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia Jumlah Muslim Mengalami penurunan yang amat drastis, dianataranya : 5.011 Muslim, 3 Masjid, 5 Mushala, 5 Madrasah, 7 Lembaga Islam dan 21 Ustadz.
Dari data diatas terlihat pengaruh yang signfikan antara masa sebelum kemerdekaan dan masa sesudah kemerdekaan. Umat islam amat maju dimasa bergabung dengan Repubik Indonesia dimana yang menurut penulis merupakan dampak dari transmigrasi yang dilakukan penduduk indonesia yang muslim ke wilayah Timor-Timur.
Perkembangan umat islam di Timor-Timur saat bergabungnya dengan indonesia dapat di lihat dari pembangunan istitusi Islam, Madrasah serta Masjid yang ada di Timor-Timur. Salah satu masjid yang di Bangun dan menjadi Icon dari Islam Timor-Timur adalah Masjid An'nur yang sempat hancur disaat terjadi serangan Jepang pada Perang Dunia II dan di bangun kembali setelahnya.
Sejak tahun 1977 sampai 1979, Madrasah Diniyah An-Nur mulai menunjukan perkembangan karena hanya Madrasah An-Nurlah satu-satunya Madrasah tempat menggodok generasi muda di timor Leste, dengan demikian fasilitas dari umat Islam Dili selalu mengalir, anak didik sering mendapatkan bantuan alat-alat tulis dari beberapa pihak, dalam tahap perkembangan selanjutnya dari awal berdirinya madrasah ini pada tahun 1976/1977, kebanyakan pengurus-pengurus madrasah An-Nur ini adalah orang-orang dari Sulawesi Utara, hal ini ada sedikit informasi mengenai beberapa tokoh dari Sulawesi Utara yang pernah menjadi pejabat di madrasah ini.
Beberapa tokoh Islam sulawesi utara yang pernah menjabat Madrasah An-Nur diantaranya:
Usman Huwole ( kepala Madrasah An-nur)
Salman Maspeke ( kepala Madrasah An-Nur 1979)
Muhsin Kanon ( pernah menjadi Kepala Madrasah An-Nur)
Rustam Timole ( guru Madrasah An-Nur)
Piris Iko (guru Madrasah An-Nur)
Gafar Kioana (pernah menjadi Kepala Madrasah An-Nur)
Mereka yang disebutkan di atas itu merupakan pengganti tugas pengajar lama di Madrasah Diniyah An-Nur Dili hingga terbentuknya Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) dan An-Nur yang ada sekarang ini.
Kemajuan yang di alami Madrasah ini dari tahun ke tahun semakin bertambah, sejak awal integrasi dengan Indonesia. berdampak dan mempunyai pengaruh serta memberikan inspirasi, hingga banyak Madrasah-Madrasah yang berdiri di Timor Leste. Seperti Madrasah diniyah Asyafiiyyah dan Madrasah Diniyah Hasanuddin.
Berkat keuletan para pengurus An-Nur, secara bertahap Madrasah Diniyah An-Nur ditingkatkan menjadi Madrasah Ibtidaiyah, dan pada tahun-tahun berikutnya berhasil membuka Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah dengan tenaga pengajar baru di departemen pendidikan dan kebudayaan Dili. Dengan demikian, Madrasah yang terdapat di Timor Leste pada waktu itu adalah Madrasah Ibtidaiyah swasta, Taman kanak-kanak, Tsanawiyah, Aliyah, dan Madrasah khusus memerlajari Al-Qur’an (TPA).
Selain Madrasah yang disebutkan di atas, yayasan An-Nur pun mendirikan Taman kanak-kanak paralel, selain itu yayasan An-nur juga mendatangkan para da’i dari Jawa melalui yayasan Al-Falah Surabaya dan dewan dakwah Islamiyah Jakarta. Dai-dai itu datang tiga tahap yaitu sekitar pada tahun 1981, 1983, 1985. Selain itu, siswa-siswa yang dahulu dikirim ke pondok pesantren di Sulawesi selatan, Jawa, telah berdatangan dan diangkat sebagai da’i atau guru agama di Madrasah Timor Leste.
Perkembangan Islam di Timor Leste pasca kemerdekaan Timor Leste memang memprihatinkan, berdasarkan data tahun 1995, jumlah muslim mencapai 31.579 orang, namun saat ini masyarakat Muslim di Timor Leste hanya berjumlah 5.011 atau hanya 3 % dari jumlah penduduk Timor Leste yang mencapai 800.000 jiwa. Hal ini berdampak terhadap perkembangan pendidikan Islam disana.
Informasi terakhir bahwa Lembaga Islam yang saat ini ada di Timor Leste hanya tersisa 7 Lembaga, sebelum merdeka jumlah Lembaga di Timor Leste mencapai 20. Hal ini pun berpengaruh terhadap jumlah ustadz yang ada, saat ini jumlah ustadz di Timor Leste hanya mencapai 21 orang dari sebelumnya yang mencapai 116 orang ustadz.
Perkembangan Muslim Timor-Leste Pasca Kemerdekaan
a. Lahirnya Lembaga Islam Timor Leste
Semangat Keislaman tetap tumbuh dan konsiten di Timor Leste, walau sudah tidak bergabung kedalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, Muslim Timor Leste tetap berusaha Meraih hak-hak warga negara di tengah kehidupan negara yang baru pada masa sebelum masa campur tangan PBB melalui UNTAET Muslim Timor Leste telah mempersiapakan diri dengan membentuk Lembaga Islam Timor Leste dengan nama CENCISTIL.
CENCISTIL adalah singkatan dari Centro da Comunidade Islâmica de Timor-Leste. Dalam bahasa Iempersiapkan diri ndonesia-nya adalah Pusat Komunitas Islam Timor-Leste. Lebih kurang Islamic Centre of Timor-Leste dalam bahasa Inggris. CENCISTIL didirikan pada tanggal 10 Desember 2000 (sebelum masa UNTAET) di Dili, Timor-Leste
Tujuan utama pendirian CENCISTIL adalah:
Sebagai sebuah wadah pengayomi Umat
Sebagai satu-satunya corong Suara Komunitas Islam Timor-Leste.
Untuk usaha menjawab kesulitan Umat paska kemerdekaan
Untuk menjawab kebutuhan Umat Islam ketika itu, kini dan akan datang
Dengan Misi Utama Menegakan prinsip-prinsip Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW disamping Memperhatikan undang-undang Negara setempat (Konstitusi Republik Demokrasi Timor Leste). Dalam rangka mengakomodir Kepentingan Umat Islam Timor Leste baik Internal maupun Ekternal.
Visi Cencistil
a. Ingin melahirkan pribadi-pribadi Muslim yang berakhlaqul karima seperti Baginda Nabi Muhammad SAW, cakap, tangguh dan mapan di seluruhaspek kehidupan beragama dan bernegara.
b. Menjadikan umat Islam layaknya nahl (kehidupan lebah) yang telah diterangkan dalam alQur’an.
1. CENCISTIL adalah Lembaga Legal Umat Islam Timor-Leste
2. CENCISTIL adalah Lembaga Tertinggi Umat Islam Timor-Leste
3. CENCISTIL adalah payung bagi seluruh Umat Islam Timor-Leste
4. CENCISTIL adalah payung bagi seluruh ORMAS Islam Timor-Leste
5. CENCISTIL adalah suara Umat Islam Timor-Leste
Misi Cencistil
1. Berjuang merealisasikan kepentingan untuk Umat Islam Timor-Leste
2. Berinteraksi aktif dan intesntif ke grass root dan ke pemerintah
3. Merealisasikan beasiswa, pemberdayaan ekonomi umat, berjuang menyediakan fasilitas pelatihan-pelatihan, meng-sponsor ibadah haji,membela dan meringankan beban kaum lemah, fakir, miskin, yatim, piatu, yatim-piatu, janda, duda, jompo, cacat, dan pesakit
4. Membawa suara Umat Islam Timor-Leste ke nasional dan internasional
5. Berdialog dan berinteraksi secara konstruktif dan positif ke non-Muslim
6. Menyediakan semua dokumen resmi Umat Islam Timor-Leste
7. Membantu menyelesaikan masalah Umat Timor-Leste seperti:
o Fatwa status halal-haram barang / produk dan timbangan
o Fatwa tentang nikah dan cerai
o Fatwa tentang kematian dan warisan
o Fatwa tentang pemelukan dan pemurtadan
o Fatwa-fatwa lainnya sesuai pandangan al-Qurân dan Hadits
8. Menyediakan kantor dan fasilitas bagi Umat Islam di Distrik
9. Mendeteksi dan mendata jumlah Umat Islam Timor-Leste, fasilitas Islam dan aset-aset potensial Umat Timor-Leste
10. Mengajak investor Islam menanam modal di Timor-Leste
11. Berdiplomasi aktif dengan luar negeri
12. Menanamkan kesadaran tentang prinsip dasar Islam kepada seluruh Umat Islam Timor-Leste
Dalam mengupayakan terciptanya Visi Misi tersebut CENCISTIL Membentuk struktur organisasi yang tersetruktur dari tingkan pusat yang bertempat di Dili, hingga wilayah-wilayah yang ada di Timor Leste seperti Cencistil Distrik seperti : sekretariat Distrik di empat Distrik yaitu Manufahi, Baucau, Viqueque dan Lautém.
b. Perkembangan CENCISTIL
Keberdaan CENCISTIL lahir sebagai Mitra Pemerintah dalam pengurusan mengenai kepentingan Umat Islam. Sejak dirikannya CENCISTIL mendapat Subsidi dari Pemerintah mengenai pendanaan seperti berita yang dilangsir oleh Cencistil.tl.com situs Resmi di CENCISTIL diakatakn selama tahun 2007-2009 Pemerintah memberikan Subsidi yang jumlahnya kurang lebih 200.000 dollar Amerika, namun sejak tahun 2009 Subsid tersebut tidak lagi cair.
Dalam urusan keamanan badan aparatur Negara seperti polisi dan intel bekerja sama dengan CENCISTIL dalam mencegah ganguan yang datang dari pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab. Dalam hal tempat ibadah misanya pemerintah menolong CENCISTIL dengan mengawasi pro-kontra pembangunan gedung TPA di Maliana.
Presiden Republik dan Wakil Perdana Menteri urusan social sangat memperhatikan keberadaan Umat Islam di Timor-Leste lewat pemerintah, pasal 12 dan 45 Konstitusi RDTL menjamin kebebasan beragama di Timor-Leste. Selain, pemerintah juga menghormati Umat Islam dengan menjadikan hari-hari besar Islam sebagai hari libur nasional seperti Idul Fitri, Idul Adha, sedang Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Muharram masih diperjuangkan termasuk dua jam break bagi staf dan siswa Islam pada hari Jum’at. CENCISTIL juga telah menyampaikan komitmennya agar bisa menjembatani pemerintah TL dengan Negara-Negara Islam di dunia.
c. Perkembangan Mualaf
Perkembangan Mualaf di Timor Leste tercatat bertambah 500 orang pada tahun 2011, Namun dalam pembinaannnya mualaf Timor Leste amat kurang, disebabkan sedikitanya ulama atau ustadz yang membina para mualaf tersebut.
Informasi terakhir bahwa Lembaga Islam yang saat ini ada di Timor Leste hanya tersisa 7 Lembaga, sebelum merdeka jumlah Lembaga di Timor Leste mencapai 20. Hal ini pun berpengaruh terhadap jumlah ustadz yang ada, saat ini jumlah ustadz di Timor Leste hanya mencapai 21 orang dari sebelumnya yang mencapai 116 orang ustadz.
Kehadiran Islam di Tmor Leste telah sejak lama, bahkan sebelum kehadiran orang-orang Portugis di Timor Leste, hal ini di dari dari jalur perdagangan yang menempatkan Pelabuhan Dili sebagai temat singgah dari kepulauan yang ada di wilayah Indonesia Bagian Timur Khususnya daerah Nusa Tenggara Timur.
Kehadiran pedagang arab tidak bisa secara langsung menkonversi agama peduduk Timor yang telah memiliki kepercayaan Nenek moyang yang di pegang teguh, ditambah kedatangan orang-orang portugis yang hampir berbarengan denggan pedagang arab yang makin mempesulit tersebarnya Islam di Timor.
Fase kehadiran umat islam di Timor tidak hanya di sokong oleh para pedangan arab namun juga di kontribusikan oleh penjajah portugis sendiri yang mendatangkan para tahanan pemberontak penjajahan Portugis di Afrika Barat, India dan Pakistan yang merupakan penduduk yang memeluk Islam.
Kemerdekaan Indonesia berdamapak pula pada hubungan diplomatik anatar pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Kolonial Portugis di Timor. Yang pada akhirnya banyak orang-orang Indonesia yang beraga Isam datang ke Timor, terlebih setelah bergabungnya Timor Portugal ke wilayah Indonesia perkembangan umat Islam amat signifikan baik secara kuantitas pemeluk hingga lembaga hingga bagunan sarana dan prasarana Islam di Timor Leste.
Kemerdekaan Timor Leste amat berdampak pada berkurannya kuantitas umat Islam Timor Leste, hal ini tidak menyurutkan semangat umat Islam Timor untuk tetap memiliki kekuatan dalam mengakomodasi kepentingannya di Timor Leste. Kehadiran CENCISTIL merupakan bukti bahawa Umat Islam Timor Leste tetap eksis dalam mengupayakan pengakomodiran kepentigan Umat Islam Tmor Leste.
.....DAFTAR PUSTAKA.....
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, (Jakarta: P T Logos Wacana Ilmu, 1998).
Bazher, Ambarak. A Islam di Timor-Timur (Jakarta : Gema Insani Press, 1995).
Zacky Anwar Mukarim dkk, Hari-hari Terakhir Timor-Timur, (Jakarta: PT sportif Media Informasindo, 2003.
HYPERLINK "http://www.cencistil.tl.com/"www.cencistil.tl.com
HYPERLINK ""http://dewanda’wahislamiyah.org
Government of Timor-Leste.
Namun kehadiran Islam yang terlebih dahulu ke Nusanatara telah memiliki suatu kekuatan yang menjadi dasar bagi keberlangsungan agama Islam hingga saat ini. Kedatangan kolonial eropa di mulai dari Portugis dan kemudian di ikiuti oleh bangsa Eropa Lainya menciptakan ke unikan tersendiri bagi sejarah Islam Nusanatara.
Seperti halnya yang terjadi di Malaysia, dari sejak kedatangannya Islam telah menjadi identitas bagi masyarakat yang mendiami semenanjung malaya hingga kini dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyrakatnya seperti kehidupan Politik, Sosial, Budaya, Ekonomi dan pendidikan.
Sama halnya dengan Timor-Timur yang saat ini merupakan wilayah dari negara Republik Timor Leste yang memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 1999 melalui referendum yang ditentukan rakyatnya untuk masalah pembentukan negara republik ini. Sama halnya dengan Islam di Asia Tenggara lainnya, Timor Leste juga memiliki sejarah yang sama mengenai kehadiran Islam diwilayah ini. Namun yang perlu jadi perhatian ada mengenai perkembangan Islam di Timor Leste ini tersendiri dimana Islam sebagai agama yang telah masuk lama namun tidak menjadi agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Timor Leste. Maka dari itu perlu kita diskusikan bersama mengenai perkembangan islam di Timor Leste tentang sejarah masuk dan perkembangannya hingga saat ini. Melihat perkembangan wilayah lain yang di sejarah masuk dan perkembangan islamnya sama dengan perkembangan islam lainnya di asia tenggara.
Sekilas Mengenai Timor Leste
Negara Timor Leste merupakan negara yang baru, setelah pemisahannya dari negara Republik Indonesia pada tahun 1999 melalui referendum yang di tentukan oleh masyarakat Timor-Timur. Dan di syahkan pada 20 Mai 2002.
Timor Sejatinya merupakan sebuah Pulau yang terbagi atas dua negara yakni Indonesia dibagaian barat pulau dan Timor Leste dibagian Timur Pulau Timor, yang dahulunya juga merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Sorbia dan Belos yang menganut aliran Animisme yang tidak terpengaruh kebudayaan Hindu-Budha yang kemudian Islam diwilayah-wilayah Lain seperti Jawa serta Pulau Lainnya. keberdaan ini merupakan sejarah panjang dari pertemuan pendatang eropa yang sampai ke Timor. Sejak 1515 Pulau Timor di kuasai oleh Portugis. Dan sejak saat itulah menandai masuknya agama Kristen masuk kewilayah Timor melalui Misionaris Dominica Portugis.
Sampai-sampai penyerangan bangsa Belanda terhadap Pulau ini pada 1651 dan berhasil menguasai wilayah barat pulau, melalui perjanjian antara Pemerintah Belanda dan Portugis pada 1859 mengenai perbatasan wilayah wilayah ini resmi terbagi dua antara Timur dikuasi oleh Timor Portugis yang perkembanagnnya menjadi wilayah Timor Leste Saat bini dan barat Masuk kewilayah Hindia-Belanda dan pada perkembangannya masuk ke wilayah Republik Indonesia dan hingga pada akhirnya terbentuklah Negara Republik Demokratik Timor Leste.
Republik demokratik Timor Leste adalah sebuah Negara kecil yang berada di kawasan Asia Tenggara, dengan luas wilayah sekitar 14.609.375 km2 dan jumlah penduduk 978. 590 jiwa pada tahun 2006. Secara geografis, Timor Leste berada di tengah-tengah kepulauan Indonesia bagian timur, timor leste memang sempat menjadi bagian Negara kesatuan Republik Indonesia tepatnya sebagai propinsi ke-27 dari tahun 1976-2002, setelah sebelumnya di jajah portugal selama kurang 450 tahun.
Timor leste resmi menajadi Negara sendiri, tepatnya lepas dari Indonesia tanggal 20 Mei 2002, setelah hasil dari jajak pendapat yang diselenggarakan PBB melalui UNAMET (United nations Missions In East Timor/Misi perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor-Timur, Menunjukan mayoritas penduduk Timor timur memilih unutk menolak otonomi khusus dan berpisah dengan Indonesia (344.580 suara atau 78,5%) sementara 94.388 suara atau 22,5% menerima otonomi khusus.
Penduduk Timor Timur merupakan campuran antara suku bangsa Melayu dan Papua. Mayoritas penduduk Timor Timur beragama Katolik (90%), diikuti Protestan (5%), Islam (3%), dan sisanya Buddha, Hindu, dan aliran kepercayaan (2%). Karena mayoritas penduduk beragama Katolik, maka kini terdapat dua keuskupan (diosis) yaitu: Diosis Dili dan Diosis Baucau yang meliputi empat distrik bagian timur Timor-Leste.
Pengguanaan bahasa di Timor Leste di pengaruhi Oleh sejarah panjang yang dialami oleh Negara tersebut, setidaknya ada tiga bahasa yang lazim di gunakan di Timor Leste, dianataranya bahasa : Tetun bahasa Pribumi, Bahasa Indonesia Dan bahasa Portugal, dengan katagori Etnic yang mendiami Timor Leste dianatranya : Etnic Malay Polinesia, Chinese dan Arab.
Dengan melihat kondisi sosial yang ada jelasnya kita akan multikulturnya kadaan penduduk di Timor-Leste, terlebih berkaiatan dengan bangsa arab yang ada di Timor-Leste, berdasarkan persebarannya di wilayah kepulauan di Nusanatara jelasnya bersamaan dengan kehadiran islam di Timor-Leste.
Sejarah Masuknya Islam di Timor Leste
a. Awal Masuknya Islam
Untuk Mengetahui sejarah masuk dan berkembangnnya islam di Timor Leste maka kita akan terpojok pada beberapa fase mengenai kehadiran islam di Timor Leste ini tersendiri, Muslim Timor Timur , muslim Timor Leste dapat di bagi atas tiga fase yakni fase pertama fase dimana islam masuk ke Timor Melalui Kehadiran Pedaganag Arab atau pedaganag Hadrami, fase kedua Islam Masuk ke Timor melalui para paendatang dari Afrika khususnya wilayah Magribi dimana dari pada mereka adalah Pentadang Buangan dari pemerintah kolonial Portugal di wilayah Magrib, fase Kedatangan Muslim Indonesia
Kedatangan Pertama Islam di Timor Timur, kepastian kehadiran Islam di Timor Timur bermula pada tahun sebelum kedatangan orang-orang Portugis datang ke Timor pada thun 1512 M, berdasarkan Tulisan Ambarak A. Bazher seoarang penulis keturunan arab di Timor dalam bukunya Islam di Timor Timur ia menyatakan bahwa Menurut infomasi dari masyarakatt setempat dan juga kalangan keturunan, ketika bangsa portugis tiba dari Gowa Sulawesi Selatan, portugis di sambut oleh masyarakat Dili yang dimpin Abdullah Afif.
Dengan demikian dapat dikatakan kedatangan umat islam telah lebih dahulu tiba di Pulau Timor, mengenai tepat waktu tahunya tentang kedatangan Islam ke Timor tidak ada yang mengetahui secara pastinya, namun menurut tuturan muslim keturunan islam masuk ketimor (Dili) sejak awal abad Hijriah seperti halnya terjadi di kepulauan Indonesia lainnya, bersamaan dengan masuknya islam kepulauan malauku pada awal abad 14M ketika kekuasaan kesultanan Ternate dan Tidore sedang berada di Puncaknya.
pada kedatangannya bangsa Arab tidak terang-terangan memperkenalkan Islam namun menggunakan bahasa perdagangan dikarenakan penduduk Timor ketika itu belum siap dalam menerima agama maupun kebudayaan luar. Masyarakat Timor masih memegang kuat adat istiadat dan kebudayaan Asli Timor, kebudyaan nenek moyang yang percaya dengan keberdaan benda ghaib yang daianggap keramat seperti Lulik.
Namun demikian menurut Ambarak, Timor pada abad ke 14 M telah takluk kedalam kekuasaan kerajaan Malaka, hal ini daat di buktikan dengan adanya pantun malaka yang menerangkan bahwa Timor takluk dalam wilayah kekuasaan Malaka, di katakan bahwa di timor terdapat tiga raja (Liurai) seperti Liurai Lorosa'e (Raja Besar di Timor bagian timur) Liurai Loromonu ( Raja Besar di Timor bagian Barat) dan Liurai Waihale (Raja Besar di Timor bagian tengah) yang masing-masing berkedudukan di Liquisa, Molo Fatumenutu dan Kamansa Betun (Atambua). Pada waktu itu di katakan terjadi konfederasi Malaka -Timor (Kesepakatan Malaka Timor).
Mengenai bukti kedatangan Islam bersamaan dengan persebaran islam lainnya di nusantara dikatakan dengan melalui jalur dagang antar Selat Malaka kemudian dilanjutkan melalui jalur utara Laut Jawa dan di teruskan ke wilayah Maluku dan kemudian dianjutkan ke Sorong Papua dan dilanjutkan ke Morotai dan pada akhirnya sampai di Timor.
Dili menjadi magneet tersediri sebagai pusat dagang antar pulau dikatakan terdapat pulau di depan kantor Guberbur dan Sional(Kantor Angkatan Laut) namun daratan tersebut telah tertutp air. Menurut Abarak juga terdapat hubungan dengan para pedangan Makasar, Bugis dan Buton serta pedangan Arab.
Dari penjelasan ini mengenai masuknya Islam di Timor Leste, dapat kita simpulkan dalam beberapa bagian.Yaitu :
Teori Pertama, Islam masuk memasuki Dili Timor Leste bersamaan dengan masuknya agama Islam Kepulauan Nusantara. Hal ini dapat kita simpulkan dari berbagai penutupan kalangan tokoh Islam Keturunan Arab-Dili.
Teori Kedua, penduduk asli Timor Leste mengatakan bahwa Islam masuk lebih awal di bandingkan dengan bangsa Eropa dan agama lain.
Teori Ketiga, saat Islam masuk Ke Timor Leste yang bertepatan dengan masuknya Islam di kepulauan Nusantara yang di bawa oleh para pedagang Hadramaut. Namun para pedagang dari Hadramaut saat itu belum menetap, mereka mualai menetap di Dili sejak Awal Abad ke-17 M.
Teori Keempat, sebagian orang mengatakan bahwa Islam masuk di Timor Dili bersamaan dengan datangnya para pedagang Eropa, seperti Portugal, Spanyol, Belanda. Ketika melakukan Pelayaran di Kepulauan Nusantara dan Asia Pasifik, para pedagang Arab senantiasa berhubungan dengan pedagang-pedagang Eropa. Mereka berlayar ke Timor melaui Pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku
Teori Kelima, pedagang Arab Hadramaut pertama yang menetap di Dili adalah Habib Umar Muhdlar pada Abad ke-17 M.
Teori Keenam, kalangan keturunan Arab Di Dili pernah mengatakan dari leluhur mereka bahwa para pedagang Arab itu datang di tanah Timor Dili sejak awal abad permulaan Islam Jazirah Arab.
Pada dasarnya umat Islam di daerah Dili adalah bagian dari beberapa Tokoh Sejarah yang berkembang persebaran Islam di daerah tersebut. Menurut informasi-informasi masyarakat setempat dan juga kalangan keturunan Arab Hadramaut, sebelum bangsa Portugis, Belanda, Jepang, Australia, Cina. Dan bangsa-bangsa asing lainnya, bahwa para pedagang Arab sudah datang di daerah Dili membawa perdagangan dari Hadramaut, Yaman Selatan.
Menurut H Abdullah Basyarewan sebagai Ketua MUI Timor-Timur menegaskan bahwa ketika kapal pertama Portugis tiba Di Timor-Timur pada tahun 1512. mereka di sambut oleh masyarakat Dili yang ketika itu di pimpin oleh Abdullah afif (adalah salah satu seorang pedagang Arab). Namun masyarakat Dili generasi sekarang tidak mengetahui kapan para pedagang Arab datang ke Dili yang Pasti Para Pedagang Arab datang lebih dahulu di bandingkan dengan bangsa Eropa.
b. Pengaruh Penjajahan Portugal
dikatakan sebelumnya terdapat emapat fase kehadiran Islam di Timor Leste, penjajahan portugal atas afrika juga berdamapak pada hadirnya islam di Timor Timur dimana ketika Portugal menjajah wilayah Magribi, banyak pejuang dari wilayah afrika yang di buang ke Timor-Timur yang kalai itu merupakan bagian dari wilayah jajahan dari Portugal. Hal serupa juga terjadi di berberapa wilayah jajahan Portugal lainnya seperti : Mozambik, Angola, Macao, dan India.
Dari para buangan tersebut merupakan pejuang yang beraga Islam dan memegang teguh ajaran agamanya dan dari sebagaian buangan tersebut merupakan Raja di daerah asalnya. Diantaranya adalah buangan dari Mozambik : Muhammad, Ahmadi Yusuf, Ibrahim, Umar, Musa (Seorang Raja) yang bersama seorang anaknya yang bernama Hasan (yang ibunya merupakan penduduk Pribumi. Dan buangan dari Pakistan dan India diantaranya : Sultan Syah, Yusuf Ibrahim, dan Daulat Khan. Kehidupan pengasingan tidak membuat mereka menjadi terasing karena mereka sama-sama bertemu dengan komunitas Islam Dili yang menjadikan mereka tidak tidak terasing dan akrab karena menemukan orang-orag yang seiman dan seagama.
Kebiasaan mereka yang bersal dari Mozambik tidak ubahnya dengan muslim arab yang kerap menggunakan baju Gamisnya sehingga pada kunjungan mereka ke komunitas arab kerap menggunakan baju gamis tersebut dan saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa arab, diantara mereka amat pandai dalam Ilmu Falak serta Ilmu Agama Lainnya. Sebagian dari pada mereka menikah dan memiliki keturunan.
c. Kedatangan Muslim Hindia Belanda (Indonesia) dan Masa Integrasi dengan Indonesia
Dalam masa Integrasi dengan Indonesia, Keberdaan Umat Islam Di Timor Timur amat naik secara signifikan dikarenakan banyak berdatangan dari wilayah Indonesia Tercatat berdasarkan Statistik Umat islam di Timor Leste yang di Keluarkan Cencistil (Centro de Comunidade Islamica de Timor Leste).
Keadaan jumlah penduduk muslim mengalami perkembangan yang signifikan dimana jumlah penduduk muslim di Timor -Timur dikatakan bahwa jumlah Muslim pada tahun 1990-an mencapai 31579 jiwa, dimana terdapat 13 Masjid, 30 Mushala, 21 Madrasah, 20 Lembaga Islam dan 116 Ustazd, namun perbendaan terjadi disaat perpisahan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia Jumlah Muslim Mengalami penurunan yang amat drastis, dianataranya : 5.011 Muslim, 3 Masjid, 5 Mushala, 5 Madrasah, 7 Lembaga Islam dan 21 Ustadz.
Dari data diatas terlihat pengaruh yang signfikan antara masa sebelum kemerdekaan dan masa sesudah kemerdekaan. Umat islam amat maju dimasa bergabung dengan Repubik Indonesia dimana yang menurut penulis merupakan dampak dari transmigrasi yang dilakukan penduduk indonesia yang muslim ke wilayah Timor-Timur.
Perkembangan umat islam di Timor-Timur saat bergabungnya dengan indonesia dapat di lihat dari pembangunan istitusi Islam, Madrasah serta Masjid yang ada di Timor-Timur. Salah satu masjid yang di Bangun dan menjadi Icon dari Islam Timor-Timur adalah Masjid An'nur yang sempat hancur disaat terjadi serangan Jepang pada Perang Dunia II dan di bangun kembali setelahnya.
Sejak tahun 1977 sampai 1979, Madrasah Diniyah An-Nur mulai menunjukan perkembangan karena hanya Madrasah An-Nurlah satu-satunya Madrasah tempat menggodok generasi muda di timor Leste, dengan demikian fasilitas dari umat Islam Dili selalu mengalir, anak didik sering mendapatkan bantuan alat-alat tulis dari beberapa pihak, dalam tahap perkembangan selanjutnya dari awal berdirinya madrasah ini pada tahun 1976/1977, kebanyakan pengurus-pengurus madrasah An-Nur ini adalah orang-orang dari Sulawesi Utara, hal ini ada sedikit informasi mengenai beberapa tokoh dari Sulawesi Utara yang pernah menjadi pejabat di madrasah ini.
Beberapa tokoh Islam sulawesi utara yang pernah menjabat Madrasah An-Nur diantaranya:
Usman Huwole ( kepala Madrasah An-nur)
Salman Maspeke ( kepala Madrasah An-Nur 1979)
Muhsin Kanon ( pernah menjadi Kepala Madrasah An-Nur)
Rustam Timole ( guru Madrasah An-Nur)
Piris Iko (guru Madrasah An-Nur)
Gafar Kioana (pernah menjadi Kepala Madrasah An-Nur)
Mereka yang disebutkan di atas itu merupakan pengganti tugas pengajar lama di Madrasah Diniyah An-Nur Dili hingga terbentuknya Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) dan An-Nur yang ada sekarang ini.
Kemajuan yang di alami Madrasah ini dari tahun ke tahun semakin bertambah, sejak awal integrasi dengan Indonesia. berdampak dan mempunyai pengaruh serta memberikan inspirasi, hingga banyak Madrasah-Madrasah yang berdiri di Timor Leste. Seperti Madrasah diniyah Asyafiiyyah dan Madrasah Diniyah Hasanuddin.
Berkat keuletan para pengurus An-Nur, secara bertahap Madrasah Diniyah An-Nur ditingkatkan menjadi Madrasah Ibtidaiyah, dan pada tahun-tahun berikutnya berhasil membuka Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah dengan tenaga pengajar baru di departemen pendidikan dan kebudayaan Dili. Dengan demikian, Madrasah yang terdapat di Timor Leste pada waktu itu adalah Madrasah Ibtidaiyah swasta, Taman kanak-kanak, Tsanawiyah, Aliyah, dan Madrasah khusus memerlajari Al-Qur’an (TPA).
Selain Madrasah yang disebutkan di atas, yayasan An-Nur pun mendirikan Taman kanak-kanak paralel, selain itu yayasan An-nur juga mendatangkan para da’i dari Jawa melalui yayasan Al-Falah Surabaya dan dewan dakwah Islamiyah Jakarta. Dai-dai itu datang tiga tahap yaitu sekitar pada tahun 1981, 1983, 1985. Selain itu, siswa-siswa yang dahulu dikirim ke pondok pesantren di Sulawesi selatan, Jawa, telah berdatangan dan diangkat sebagai da’i atau guru agama di Madrasah Timor Leste.
Perkembangan Islam di Timor Leste pasca kemerdekaan Timor Leste memang memprihatinkan, berdasarkan data tahun 1995, jumlah muslim mencapai 31.579 orang, namun saat ini masyarakat Muslim di Timor Leste hanya berjumlah 5.011 atau hanya 3 % dari jumlah penduduk Timor Leste yang mencapai 800.000 jiwa. Hal ini berdampak terhadap perkembangan pendidikan Islam disana.
Informasi terakhir bahwa Lembaga Islam yang saat ini ada di Timor Leste hanya tersisa 7 Lembaga, sebelum merdeka jumlah Lembaga di Timor Leste mencapai 20. Hal ini pun berpengaruh terhadap jumlah ustadz yang ada, saat ini jumlah ustadz di Timor Leste hanya mencapai 21 orang dari sebelumnya yang mencapai 116 orang ustadz.
Perkembangan Muslim Timor-Leste Pasca Kemerdekaan
a. Lahirnya Lembaga Islam Timor Leste
Semangat Keislaman tetap tumbuh dan konsiten di Timor Leste, walau sudah tidak bergabung kedalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, Muslim Timor Leste tetap berusaha Meraih hak-hak warga negara di tengah kehidupan negara yang baru pada masa sebelum masa campur tangan PBB melalui UNTAET Muslim Timor Leste telah mempersiapakan diri dengan membentuk Lembaga Islam Timor Leste dengan nama CENCISTIL.
CENCISTIL adalah singkatan dari Centro da Comunidade Islâmica de Timor-Leste. Dalam bahasa Iempersiapkan diri ndonesia-nya adalah Pusat Komunitas Islam Timor-Leste. Lebih kurang Islamic Centre of Timor-Leste dalam bahasa Inggris. CENCISTIL didirikan pada tanggal 10 Desember 2000 (sebelum masa UNTAET) di Dili, Timor-Leste
Tujuan utama pendirian CENCISTIL adalah:
Sebagai sebuah wadah pengayomi Umat
Sebagai satu-satunya corong Suara Komunitas Islam Timor-Leste.
Untuk usaha menjawab kesulitan Umat paska kemerdekaan
Untuk menjawab kebutuhan Umat Islam ketika itu, kini dan akan datang
Dengan Misi Utama Menegakan prinsip-prinsip Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW disamping Memperhatikan undang-undang Negara setempat (Konstitusi Republik Demokrasi Timor Leste). Dalam rangka mengakomodir Kepentingan Umat Islam Timor Leste baik Internal maupun Ekternal.
Visi Cencistil
a. Ingin melahirkan pribadi-pribadi Muslim yang berakhlaqul karima seperti Baginda Nabi Muhammad SAW, cakap, tangguh dan mapan di seluruhaspek kehidupan beragama dan bernegara.
b. Menjadikan umat Islam layaknya nahl (kehidupan lebah) yang telah diterangkan dalam alQur’an.
1. CENCISTIL adalah Lembaga Legal Umat Islam Timor-Leste
2. CENCISTIL adalah Lembaga Tertinggi Umat Islam Timor-Leste
3. CENCISTIL adalah payung bagi seluruh Umat Islam Timor-Leste
4. CENCISTIL adalah payung bagi seluruh ORMAS Islam Timor-Leste
5. CENCISTIL adalah suara Umat Islam Timor-Leste
Misi Cencistil
1. Berjuang merealisasikan kepentingan untuk Umat Islam Timor-Leste
2. Berinteraksi aktif dan intesntif ke grass root dan ke pemerintah
3. Merealisasikan beasiswa, pemberdayaan ekonomi umat, berjuang menyediakan fasilitas pelatihan-pelatihan, meng-sponsor ibadah haji,membela dan meringankan beban kaum lemah, fakir, miskin, yatim, piatu, yatim-piatu, janda, duda, jompo, cacat, dan pesakit
4. Membawa suara Umat Islam Timor-Leste ke nasional dan internasional
5. Berdialog dan berinteraksi secara konstruktif dan positif ke non-Muslim
6. Menyediakan semua dokumen resmi Umat Islam Timor-Leste
7. Membantu menyelesaikan masalah Umat Timor-Leste seperti:
o Fatwa status halal-haram barang / produk dan timbangan
o Fatwa tentang nikah dan cerai
o Fatwa tentang kematian dan warisan
o Fatwa tentang pemelukan dan pemurtadan
o Fatwa-fatwa lainnya sesuai pandangan al-Qurân dan Hadits
8. Menyediakan kantor dan fasilitas bagi Umat Islam di Distrik
9. Mendeteksi dan mendata jumlah Umat Islam Timor-Leste, fasilitas Islam dan aset-aset potensial Umat Timor-Leste
10. Mengajak investor Islam menanam modal di Timor-Leste
11. Berdiplomasi aktif dengan luar negeri
12. Menanamkan kesadaran tentang prinsip dasar Islam kepada seluruh Umat Islam Timor-Leste
Dalam mengupayakan terciptanya Visi Misi tersebut CENCISTIL Membentuk struktur organisasi yang tersetruktur dari tingkan pusat yang bertempat di Dili, hingga wilayah-wilayah yang ada di Timor Leste seperti Cencistil Distrik seperti : sekretariat Distrik di empat Distrik yaitu Manufahi, Baucau, Viqueque dan Lautém.
b. Perkembangan CENCISTIL
Keberdaan CENCISTIL lahir sebagai Mitra Pemerintah dalam pengurusan mengenai kepentingan Umat Islam. Sejak dirikannya CENCISTIL mendapat Subsidi dari Pemerintah mengenai pendanaan seperti berita yang dilangsir oleh Cencistil.tl.com situs Resmi di CENCISTIL diakatakn selama tahun 2007-2009 Pemerintah memberikan Subsidi yang jumlahnya kurang lebih 200.000 dollar Amerika, namun sejak tahun 2009 Subsid tersebut tidak lagi cair.
Dalam urusan keamanan badan aparatur Negara seperti polisi dan intel bekerja sama dengan CENCISTIL dalam mencegah ganguan yang datang dari pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab. Dalam hal tempat ibadah misanya pemerintah menolong CENCISTIL dengan mengawasi pro-kontra pembangunan gedung TPA di Maliana.
Presiden Republik dan Wakil Perdana Menteri urusan social sangat memperhatikan keberadaan Umat Islam di Timor-Leste lewat pemerintah, pasal 12 dan 45 Konstitusi RDTL menjamin kebebasan beragama di Timor-Leste. Selain, pemerintah juga menghormati Umat Islam dengan menjadikan hari-hari besar Islam sebagai hari libur nasional seperti Idul Fitri, Idul Adha, sedang Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Muharram masih diperjuangkan termasuk dua jam break bagi staf dan siswa Islam pada hari Jum’at. CENCISTIL juga telah menyampaikan komitmennya agar bisa menjembatani pemerintah TL dengan Negara-Negara Islam di dunia.
c. Perkembangan Mualaf
Perkembangan Mualaf di Timor Leste tercatat bertambah 500 orang pada tahun 2011, Namun dalam pembinaannnya mualaf Timor Leste amat kurang, disebabkan sedikitanya ulama atau ustadz yang membina para mualaf tersebut.
Informasi terakhir bahwa Lembaga Islam yang saat ini ada di Timor Leste hanya tersisa 7 Lembaga, sebelum merdeka jumlah Lembaga di Timor Leste mencapai 20. Hal ini pun berpengaruh terhadap jumlah ustadz yang ada, saat ini jumlah ustadz di Timor Leste hanya mencapai 21 orang dari sebelumnya yang mencapai 116 orang ustadz.
Kehadiran Islam di Tmor Leste telah sejak lama, bahkan sebelum kehadiran orang-orang Portugis di Timor Leste, hal ini di dari dari jalur perdagangan yang menempatkan Pelabuhan Dili sebagai temat singgah dari kepulauan yang ada di wilayah Indonesia Bagian Timur Khususnya daerah Nusa Tenggara Timur.
Kehadiran pedagang arab tidak bisa secara langsung menkonversi agama peduduk Timor yang telah memiliki kepercayaan Nenek moyang yang di pegang teguh, ditambah kedatangan orang-orang portugis yang hampir berbarengan denggan pedagang arab yang makin mempesulit tersebarnya Islam di Timor.
Fase kehadiran umat islam di Timor tidak hanya di sokong oleh para pedangan arab namun juga di kontribusikan oleh penjajah portugis sendiri yang mendatangkan para tahanan pemberontak penjajahan Portugis di Afrika Barat, India dan Pakistan yang merupakan penduduk yang memeluk Islam.
Kemerdekaan Indonesia berdamapak pula pada hubungan diplomatik anatar pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Kolonial Portugis di Timor. Yang pada akhirnya banyak orang-orang Indonesia yang beraga Isam datang ke Timor, terlebih setelah bergabungnya Timor Portugal ke wilayah Indonesia perkembangan umat Islam amat signifikan baik secara kuantitas pemeluk hingga lembaga hingga bagunan sarana dan prasarana Islam di Timor Leste.
Kemerdekaan Timor Leste amat berdampak pada berkurannya kuantitas umat Islam Timor Leste, hal ini tidak menyurutkan semangat umat Islam Timor untuk tetap memiliki kekuatan dalam mengakomodasi kepentingannya di Timor Leste. Kehadiran CENCISTIL merupakan bukti bahawa Umat Islam Timor Leste tetap eksis dalam mengupayakan pengakomodiran kepentigan Umat Islam Tmor Leste.
.....DAFTAR PUSTAKA.....
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia, (Jakarta: P T Logos Wacana Ilmu, 1998).
Bazher, Ambarak. A Islam di Timor-Timur (Jakarta : Gema Insani Press, 1995).
Zacky Anwar Mukarim dkk, Hari-hari Terakhir Timor-Timur, (Jakarta: PT sportif Media Informasindo, 2003.
HYPERLINK "http://www.cencistil.tl.com/"www.cencistil.tl.com
HYPERLINK ""http://dewanda’wahislamiyah.org
Government of Timor-Leste.
Comments
Post a Comment
Please write you coment.