Skip to main content

Program Kristenisasi (2) : Menghancurkan dan Menghapus Al-Qur’an

Oleh Ustadz Abdullah Nashih Ulwan
Kedua : Menghancurkan dan Menghapus Al-Qur’an
Hal ini dilakukan karena ajaran salib (Kristen) beranggapan bahwa Al-Qur’an adalah sumber pokok kekuatan orang-orang Islam, sumber mereka untuk kejayaan, kekuatan dan kemajuannya yang telah berlalu.
1.   Gladstone, yang menjabat perdana menteri Inggris selama empat kali (1864-1874, 1880-1885, 1886-1891, 1892-1894) dalam majelis umum (the house of common) Inggris, sambil mengangkat Al-Qur’an, mengatakan, “Selama Al-AQur’an ini berada di tangan orang-orang Islam, maka Eropa sama sekali tidak akan dapat menguasai Dunia Timur. Bahkan Eropa itu sendiri akan terancam.”
2.   Seorang missionaris, William Jeford Balcrof, berkata, “jika Al-Qur’an dapat disisihkan dan kota Mekkah dapat diputuskan hubungannya dari Negara-negara Arab, maka sangat memungkinkan bagi kita untuk melihat seorang Arab secara bertahap mengikuti kemajuan Barat, terjauh dari Muhammad dan sekitarnya.”
3.   Seorang missionaris pendengki lainnya, Catly, berkata,, “Kita harus menggunakan Al-Qur’an sebagai senjata yang paling ampuh dalam Islam untuk melawan Islam itu sendiri, sehingga kita dapat menghancurkannya. Kita harus menerapkan kepada kaum muslimin bahwa yang benar dalam Al-Qur’an bukanlah baru, dan yang baru tidaklah benar.”
4.   Seorang penguasa colonial Prancis di Aljazair, dalam peringatan seratus tahun kedudukannya, berkata, “Kita harus melenyapkan Al-Qur’an yang berbahasa Arab itu dari kehidupan mereka, dan melenyapkan bahasa Arab dari lidah mereka, agar kita dapat berkuasa penuh.”
Kenyataan ini menimbulkan kejadian unik di Perancis. Yaitu adanya usaha untuk melenyapkan Al-Qur’an dari jiwa pemuda Aljazair. Prancis mengadakan suatu eksperimen ilmiah, dengan memilih sepuluh pemudi muslimat berkebangsaan Aljazair yang oleh pemerintah Prancis dimasukkan di sekolah Prancis, diajari kultur Prancis, diajari bahasa Prancis, sehingga seolah-olah seperti seorang Prancis. Setelah sebelas tahun berlalu dari usahanya itu, sekolah mengadakan pesta meriah untuk melepas alumni. Diundang pula para menteri, ahli fikir dan para wartawan. Ketika pesta dimulai, semua hadirin dikejutkan dengan pemunculan pemudi-pemudi Aljazair yang mengenakan busana muslimat Aljazair. Surat kabar-surat kabar Prancis gempar  dan bertanya –tanya. “Apa yang dilakukan Prancis di Aljazair, setelah berlalu seratus duapuluh delapan tahun  dari masa pendudukannya?” La Couist, Menteri colonial Prancis menjawab, “Apa yang mesti saya lakukan, jika Al-Qur’an ternyata lebih kuat dari Prancis?”
Bersambung…

http://www3.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/program-kristenisasi-2-menghancurkan-dan-menghapus-al-quran.htm

Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH PERNYATAAN PERANG ACEH DENGAN BELANDA

Jika dibuka kembali sejarah perjalanan konflik Aceh, dapat disebut bahwa tanggal 26 Maret 1873 merupakan akar munculnya persoalan Aceh, yang masih terasa imbasnya sampai sekarang. Kerajaan Belanda melalui Nieuwenhuyzen, Komisaris Gubernemen Belanda mengeluarkan maklumat dan pernyataan perang terhadap kerajaan Aceh tepat tanggal 26 Maret 1873 di atas sebuah kapal perang Citadel van Antwerpen bersamaan dengan pendaratan perdana serdadu Belanda di sekitar Ulee Lhe, Banda Aceh. Pernyataan perang ini dikeluarkan karena kerajaan Aceh tidak mau tunduk di bawah dominasi Belanda, tidak mau melepaskan kewenangannya mengontrol selat malaka. Belanda bahkan menuding pejuang Aceh telah melakukan perompakan di selat Malaka tersebut, dan melakukan sabotase atas kapal-kapal dagang Belanda. Tak hanya itu, tindakan kerajaan Aceh membangun hubungan diplomatic dengan Kerajaan Turki serta dengan beberapa Negara lainnya seperti Perancis, Italia dan Amerika membuat kerajaan Belanda sangat marah dan mendorong

Kisah Warga Pedalaman Keturunan Raja Ubiet

"Hanya Bisa Mengaji, Berobatpun dari Tanaman Hutan" Pagi menjelang siang di Pucuk Krueng Hitam atau Gunung Ijo. Kabut masih enggan beranjak, sehingga sinar matahari belum menembus ke permukaan tanah. Namun, geliat masyarakat pedalaman keturunan Raja Ubiet, telah beranjak menuju ladang yang merupakan satu-satunya mata pencaharian masyarakat setempat. Warga pedalaman keturunan Raja Ubiet pun terbiasa menikmati dan memanfaatkan hasil hutan, tetapi tidak merusak hutan, begitu kata mereka.Kesibukan pagi pun di mulai. Pihak laki-laki bekerja ke ladang, sementara sang perempuan disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga, meski sesekali ikut membantu sang suami.

PANGLIMA ISHAK DAUD DIMATA SAYA

Saat sekarang banyak sekali panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kini sudah menjadi orang penting di pemerintahan Aceh. Banyak diantara mereka yang belum saya kenal karena tiba-tiba muncul saat perdamaian Aceh. Dari banyak panglima GAM, saya kok lebih terkenang pada Ishak Daud, mantan panglima GAM wilayah Peurelak. Teungku Ishak ini sudah almarhum, tetapi sepertinya beliau begitu hidup dalam pikiran saya sebagai wartawan yang pernah meliput lama di Aceh. Teungku Ishak Daud, Panglima GAM Saya mengenal almarhum Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Peurelak Aceh Timur tahun 2001. Saat itu saya diajak oleh senior saya Murizal Hamzah ke pedalaman Aceh Timur untuk bertemu beliau dan pasukannya.