Skip to main content

KEKUATAN MAGIS DARI TARI SAMAN ACEH

Di Indonesia bisa dikatakan tidak ada orang yang
tidak mengenal tari Saman. Hampir semua orang
mengenalnya baik yang berada didalam maupun
di luar negeri. Dalam setiap penampilannya tari
Saman sungguh memukau. Dari awal hingga
akhir pertunjukan tarian ini selalu menghadirkan
suasana magis baik bagi penari maupun
penontonnya.
Saya akan coba membawa anda semua masuk
kedalam babak demi babak dalam tari saman.
Pada awal pertunjukan tarian saman di mulai
dengan persalaman. Persalaman ini terdiri dari
rengum dan salam. Rengum adalah suara
bergumam dari seluruh penari. Walau tak
terdengar jelas tetapi sebenarnya mereka memuji
dan membesarkan nama Allah SWT dengan lafaz;
Hmm laila la ho
Hmm laila la ho
Hmm tiada Tuhan selain Allah
Hmm tiada Tuhan selain Allah
Bila anda menyaksikan pementasan tarian Saman
ini, anda akan terdiam seketika saat mendengar
gumaman para penari dan ikut larut bersama
emosi para penarinya. Rengum ini diucapkan
dengan suara rendah namun menggema.
Menggetarkan panggung dan jiwa-jiwa penari
dan penontonnya. Bagi yang pernah menonton
pertunjukan Saman tentu tahu maksud saya.
Suasana hening langsung tercipta saat itu.
Penonton diajak untuk ikut hikmat dalam
mentauhidkan Tuhan.
Gerak tarinya sendiri masih sangat terbatas dan
sederhana. Kepala tertunduk dan tangan bersikap
sembah. Regum menunjukan penyerahan diri
kepada Allah SWT, juga berperan menyamakan
vokal dan konsentrasi. Setelah tercipta suasana
khidmat lalu dilanjutkan dengan persalaman.
Ucapan salam ditujukan kepada penonton dan
berbagai pihak dengan ucapan Assalamualaikum.
lalu meminta izin untuk bermain Saman (adab
dan etika).
Setelah persalaman barulah dilanjutkan dengan
Ulu Ni Lagu. Secara harfiah ulu ni lagu berarti
kepala lagu. Namun disini lebih berarti ragam-
ragam gerak tari. Dalam babakan ulu ni lagu ini
gerakan telah bervariasi, kesenyawaan antara
gerak tangan, tepuk didada – gerakan badan dan
kepala. Namun gerakan masih lamban. Suasana
khidmat masih terasa disini. Bagian ini seperti
pemanasan sebelum kita diajak dalam ekstase
gerak cepat Saman lainnya. Lalu yang disebut
sebagai syekh dengan suara melengking akan
memberkan aba-aba pada saat akhir gerak ulu ni
lagu yang menandakan akan segera berganti
gerak dan memasuki ritme cepat dengan ucapan
syair:
Inget-inget pongku – male i guncang
Ingat -ingat teman akan diguncang
Masuklah kita pada babak lagu-lagu. Babak ini
adalah puncak gerakan tari saman. Para penari
dituntut konsentrasi optimal dan stamina yang
prima. Selain harus bergerak cepat babak ini juga
diselingi dengan vokal bersama (derek). Gerakan
yang utuh tampak pada kecepatan gerak tangan
yang menghentak dada, paha maupun tepukan,
gerakan badan keatas-kebawah secara serentak
maupun bersilang, badan miring kekiri – ke kanan
kiri serentak maupun bersilang (singkeh kuwen),
gerakan kepala mengangguk cepat maupun
kepala berputar dibawah (girik), maupun petikan
jari. Diselingi gerakan lambat yang diawali ucapan
syair dari syekh.
Demikian gerakan ini berulang-ulang antara cepat
dan lambat, dengan iringan beberapa lagu. Selain
penari yang terbawa dalam ekstase gerakan cepat
dan kedinamisannya, para penontonpun ikut
menahan nafas mengikuti pergantian gerak dan
naik-turunnya ritme tarian. Bagai tersihir dalam
gerak indah itu. Saya yakin saat anda
menyaksikan babak ini anda tak ingin
mengedipkan mata sedikitpun. Karena kecepatan
dan keseragaman yang memukau itulah yang
menarik anda seakan ikut dalam irama penari
yang bergerak serentak.
Lalu anda diajak mengendorkan ketegangan dan
mengembalikan pernafasan dalam babak Uak Ni
Kemuh yang berarti secara harfiah obatnya gerak.
Diiringi nyanyian sederhana dan nada rendah
tidak memaksa. Apabila kondisi penari telah pulih,
dimulai gerak cepat yang diawali aba-aba oleh
syekh dengan ragam gerak yang lain. Pada saat
gerak menggebu-gebu puncak, iringan vokal
berhenti hanya terlihat gerak saja. Disini tak ada
suara selain suara memukul, menghentakkan
dada, tepuk tangan, meghentak paha yang di
tarikan secara cepat. Anda dapat bayangkan
suasana yang tercipta saat itu. Gerak cepat tanpa
vokal inilah yang kemudian bagai menciptakan
suasana magis bagi penari dan penontonnya.
Barulah setelah itu anda akan kembali
menyaksikan gerak sederhana sebagai penutup
dalam tarian saman. Dalam babak ini yang
dipentingkan adalah syair, ungkapan kata, kata
perpisahan, permintaan maaf kepada penonton
dan pihak-pihak tertentu.
Setelah menyaksikan tari saman secara
keseluruhan anda akan mendapat kesan yang
mendalam terhadap tarian ini. Bisa karena
kecepatan dalam membawakannya atau suasana
magis yang anda rasa saat mengikuti setiap gerak
dan ritme tariannya. Namun apa yang saya
gambarkan masih jauh dari keindahan tari saman
itu sendiri. Akhir kata saya mengucapkan
"Selamat menikmati Kekuatan Magis dalam Gerak
Tarian Aceh, Tari Saman" @kaskus.com

Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH PERNYATAAN PERANG ACEH DENGAN BELANDA

Jika dibuka kembali sejarah perjalanan konflik Aceh, dapat disebut bahwa tanggal 26 Maret 1873 merupakan akar munculnya persoalan Aceh, yang masih terasa imbasnya sampai sekarang. Kerajaan Belanda melalui Nieuwenhuyzen, Komisaris Gubernemen Belanda mengeluarkan maklumat dan pernyataan perang terhadap kerajaan Aceh tepat tanggal 26 Maret 1873 di atas sebuah kapal perang Citadel van Antwerpen bersamaan dengan pendaratan perdana serdadu Belanda di sekitar Ulee Lhe, Banda Aceh. Pernyataan perang ini dikeluarkan karena kerajaan Aceh tidak mau tunduk di bawah dominasi Belanda, tidak mau melepaskan kewenangannya mengontrol selat malaka. Belanda bahkan menuding pejuang Aceh telah melakukan perompakan di selat Malaka tersebut, dan melakukan sabotase atas kapal-kapal dagang Belanda. Tak hanya itu, tindakan kerajaan Aceh membangun hubungan diplomatic dengan Kerajaan Turki serta dengan beberapa Negara lainnya seperti Perancis, Italia dan Amerika membuat kerajaan Belanda sangat marah dan mendorong...

Begitu Sangat Agresifnya Kristenisasi di Aceh

BANDA ACEH (voa-islam.com) - Begitu agresifnya para missionaris Kristen memurtadkan bangsa Aceh sejak negeri ini dijajah oleh Portugis, Belanda, dan Jepang. Sekalipun usaha-usaha kristenisasi itu sangat bertentangan dengan SKB Tiga Menteri dan UU Penodaan Agama No.1 Tahun 1945, menyebutkan setiap pemeluk agama yang disahkan oleh Negara Indonesia, tidak boleh diajak memeluk agama lain dengan cara apapun.

Bronbeek: Museum ‘Aceh’ yang Tercecer dari Belanda

Oleh Asnawi Ali HASRAT untuk berlibur sambil memburu fakta sejarah ke Belanda sudah lama terpendam. Jika dari Swedia sangatlah murah dan mudah tanpa perlu menggunakan visa karena sesama negara anggota Uni Eropa. Ibarat kata pepatah, "Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui". Setelah mengikuti acara International Human Rights Training SpeakOut2012 dari UNPO di Belanda, penulis beserta dua orang warga Aceh di Swedia dengan dipandu seorang warga Aceh di Belanda, mengunjungi sebuah museum yang menyimpan harta peninggalan Aceh masa berperang dengan Belanda. Museum Bronbeek namanya, terletak di kota Arnhem, dan hanya 80 menit perjalanan kereta api dari ibukota Belanda, Amsterdam.