Manusia sudah merupakan ketentuan dari Sang Pencipta di lahirkan ke dunia hanyalah untuk sebuah pengabdian(menjadi hamba), jiwa dan raganya pun Allah ciptakan untuk mendukung fungsioanal ini. Kegagahan yg bagaimana pun bentuk konstruksi nya tetap ia berasal dari "segumpal darah" Q.S.Al-'Alaq.2. Dengan kata lain, manusia tidak mampu memuas dan memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa terhubung satu sama lain, dengan ini manusia adalah mahkluk lemah, sebab lemahnya maka posisinya harus menjadi hamba pada yg kuasa.
Menghambakan diri diantaranya, patuh, taat,tunduk,bakti,cinta,dll, Disinilah timbul pertanyaan, kepada "kuasa" yg manakah seorang insan muslim seharusnya menyembah dan menghambakan diri?
Qur'an surat 51/Az-Zuriat Ayat 56 Allah memberi jawapan, "Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk Menyembah.
Muslim berkewajiban taat dan mengikuti seseorang, adakah ia pemimpin Negara, Pemimpin Masyarakat, Pemimpin Keluarga,dll, bila pemimpin tersebut searah dan masih dalam kapasitas taat kita kepada Allah.
Muslim dilarang tunduk dan patuh serta merendah diri di hadapan orang kaya karna kekayaannya, dan taat kepada sistem atau kekuasaan yg notabonenya jauh dari perintah Tuhan karna hal ini dapat merusak tauhid.
Cara taat atau penghambaan diri maksud disini bukanlah memberikan ruku' atau sujud dihadapan mereka, cukup dengan tunduk atau patuh sudah termasuk pengabdian. Dan inilah yg disebut menyembah Thaghut (Q.S.Al-Maidah.60)
Itulah bentuk yg keliru dalam memberi pengabdian. Dan Kita pun sering tak sadar diri, disamping Allah yg kita sembah dan kita jadikan Tuhan, dengan tidak sengaja kita telah mengilahkan juga harta dan benda serta Thaghut.
Seseorang tidak takut dengan acaman Allah bila ia melanggarkan aturan NYA, lalu perbuatan dosa ia spelekan. Seseorang tidak loba atas nikmat istimewa yg Allah janjikan bila ia taat kepada Nya, lalu ia abaikan.
Sebaliknya, seseorang terlalu takut disaat ia melanggar aturan Thaghut, lalu ia disiplinkan diri untuk tidak melanggar aturan buatan Thaghut.
Seseorang terlalu tamak atas kesempatan dan pendapatan yg di iming-iming oleh Thaghut, lalu ia selalu menghadirkan diri untuk dapat meraih hadiah dari janjian Thaghut.
Jika sudah sampai ketingkatan demikian, maka seseorang tersebut telah membalik tujuan hidupnya dari mencapai Riza Allah berbalik komitmennya meraih harta benda duniawi demi memuaskan nafsunya, akhirnya harta dan tahta menjadi tujuan bahkan ukuran utama dalam kehidupannya, cepat atau lambat seseorang tersebut akan terperangkap kedalam sebuah jaringan yg mengharuskan ia berbuat apa saja asal disitu muncul harta, mereka tak menghirau apapun, kapanpun, dimanapun, apakah siang, petang, pagi dan malam, jalan halal atau haram bahkan dilaluinya asal disitu harta didapat dan nafsu memuaskan. Inilah bentuk pengabdian dan menghambakan diri seseorang kepada selain Allah.
Padahal, "Tidaklah kehidupan dunia ini kecuali mata benda yg tertipu".(Q.S.Ali Imran. 80).
Memang urusan nafsu setiap insan kamil pasti ada, dan membutuhkan untuk menurutinya, tetapi karunia Allah yg satu ini yaitu nafsu pada harta, tahta, juga wanita sering manusia salah meletakkannya, seharusnya posisinya hanya merupakan alat atau sarana untuk menambah ketaatan, namun telah di ubah dijadikan tujuan, bila sudah demikian maka nafsu akan berubah fungsi menjadi panglima sekaligus pengabdiannya.Nauzubillah.
Sekarang, mohon kita menjawab pada diri kita masing-masing,
Apakah pengabdian kita selama ini telah benar jalurnya sesuai kehendak Ilah kita?
Berapa banyak pengabdian kita kepada Allah ketimbang pengabdian kepada selainNya?
Dalam Shalat sehari semalam kita 17x mengucapakkan "iyyaka na'budu wa iyyaka nastain" juga kita telah melafazkan 5 x sehari semalam "wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil 'alamin"
Disaat kita sedang berhadapan dengan Allah (shalat) kita telah menyebutkan, kepada Allah kita sembah, kepada Allah kita pohon pertolongan, dan hidup dan matiku hanya untuk Allah Pemilik Bumi dan segala isinya, namun diluar shalat adakah kita berbuat seperti ucapan dalam shalat?? Jawaban ada pada pribadi kita.
Namun seandainya ucapan tadi terucap diluar kesengajaan(tanpa fahami makna) niscaya tiada memberi bekas atas apa yg telah kita ucapkan. Dan inilah sisi kekeliruan.
Oleh karena itu dan demikian hal ihwalnya, Siapapun Kita, kehidupan ini hanyalah untuk mengerjakan pengabdian sebagai hamba dari Khalik kita, Allah Jalla Wa'Azza.
Tidak ada pengabdian dan penghambaan kecuali kepada Sang Rabbul 'Alamin. Wassalam.
Menghambakan diri diantaranya, patuh, taat,tunduk,bakti,cinta,dll, Disinilah timbul pertanyaan, kepada "kuasa" yg manakah seorang insan muslim seharusnya menyembah dan menghambakan diri?
Qur'an surat 51/Az-Zuriat Ayat 56 Allah memberi jawapan, "Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk Menyembah.
Muslim berkewajiban taat dan mengikuti seseorang, adakah ia pemimpin Negara, Pemimpin Masyarakat, Pemimpin Keluarga,dll, bila pemimpin tersebut searah dan masih dalam kapasitas taat kita kepada Allah.
Muslim dilarang tunduk dan patuh serta merendah diri di hadapan orang kaya karna kekayaannya, dan taat kepada sistem atau kekuasaan yg notabonenya jauh dari perintah Tuhan karna hal ini dapat merusak tauhid.
Cara taat atau penghambaan diri maksud disini bukanlah memberikan ruku' atau sujud dihadapan mereka, cukup dengan tunduk atau patuh sudah termasuk pengabdian. Dan inilah yg disebut menyembah Thaghut (Q.S.Al-Maidah.60)
Itulah bentuk yg keliru dalam memberi pengabdian. Dan Kita pun sering tak sadar diri, disamping Allah yg kita sembah dan kita jadikan Tuhan, dengan tidak sengaja kita telah mengilahkan juga harta dan benda serta Thaghut.
Seseorang tidak takut dengan acaman Allah bila ia melanggarkan aturan NYA, lalu perbuatan dosa ia spelekan. Seseorang tidak loba atas nikmat istimewa yg Allah janjikan bila ia taat kepada Nya, lalu ia abaikan.
Sebaliknya, seseorang terlalu takut disaat ia melanggar aturan Thaghut, lalu ia disiplinkan diri untuk tidak melanggar aturan buatan Thaghut.
Seseorang terlalu tamak atas kesempatan dan pendapatan yg di iming-iming oleh Thaghut, lalu ia selalu menghadirkan diri untuk dapat meraih hadiah dari janjian Thaghut.
Jika sudah sampai ketingkatan demikian, maka seseorang tersebut telah membalik tujuan hidupnya dari mencapai Riza Allah berbalik komitmennya meraih harta benda duniawi demi memuaskan nafsunya, akhirnya harta dan tahta menjadi tujuan bahkan ukuran utama dalam kehidupannya, cepat atau lambat seseorang tersebut akan terperangkap kedalam sebuah jaringan yg mengharuskan ia berbuat apa saja asal disitu muncul harta, mereka tak menghirau apapun, kapanpun, dimanapun, apakah siang, petang, pagi dan malam, jalan halal atau haram bahkan dilaluinya asal disitu harta didapat dan nafsu memuaskan. Inilah bentuk pengabdian dan menghambakan diri seseorang kepada selain Allah.
Padahal, "Tidaklah kehidupan dunia ini kecuali mata benda yg tertipu".(Q.S.Ali Imran. 80).
Memang urusan nafsu setiap insan kamil pasti ada, dan membutuhkan untuk menurutinya, tetapi karunia Allah yg satu ini yaitu nafsu pada harta, tahta, juga wanita sering manusia salah meletakkannya, seharusnya posisinya hanya merupakan alat atau sarana untuk menambah ketaatan, namun telah di ubah dijadikan tujuan, bila sudah demikian maka nafsu akan berubah fungsi menjadi panglima sekaligus pengabdiannya.Nauzubillah.
Sekarang, mohon kita menjawab pada diri kita masing-masing,
Apakah pengabdian kita selama ini telah benar jalurnya sesuai kehendak Ilah kita?
Berapa banyak pengabdian kita kepada Allah ketimbang pengabdian kepada selainNya?
Dalam Shalat sehari semalam kita 17x mengucapakkan "iyyaka na'budu wa iyyaka nastain" juga kita telah melafazkan 5 x sehari semalam "wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil 'alamin"
Disaat kita sedang berhadapan dengan Allah (shalat) kita telah menyebutkan, kepada Allah kita sembah, kepada Allah kita pohon pertolongan, dan hidup dan matiku hanya untuk Allah Pemilik Bumi dan segala isinya, namun diluar shalat adakah kita berbuat seperti ucapan dalam shalat?? Jawaban ada pada pribadi kita.
Namun seandainya ucapan tadi terucap diluar kesengajaan(tanpa fahami makna) niscaya tiada memberi bekas atas apa yg telah kita ucapkan. Dan inilah sisi kekeliruan.
Oleh karena itu dan demikian hal ihwalnya, Siapapun Kita, kehidupan ini hanyalah untuk mengerjakan pengabdian sebagai hamba dari Khalik kita, Allah Jalla Wa'Azza.
Tidak ada pengabdian dan penghambaan kecuali kepada Sang Rabbul 'Alamin. Wassalam.
Comments
Post a Comment
Please write you coment.